Created on Friday, 02 September 2011 08:43 Published Date
Batam - Angka perceraian di Kota Batam, Kepulauan Riau, selama Ramadhan menurun hingga 90 persen dibanding bulan-bulan sebelumnya. "Selama Ramadhan hanya ada 10 kasus, padahal bulan-bulan sebelumnya bisa mencapai 100 kasus," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Batam Zulkifli Aka di Batam, Kamis (1/9).
Angka perceraian itu, kata dia, memang turun drastis mengingat banyaknya kasus perceraian yang ditangani Kementerian Agama Batam setiap bulan. Penurunan angka perceraian itu relatif lebih tinggi dibandingkan kota besar lain di Indeonesia, kata Zulkifli.
Menurutnya, penurunan angka perceraian pada Ramadhan disebabkan kalangan masyarakat berusaha melatih kesabaran dengan meredam emosi. "Ramadhan juga mengajarkan manusia untuk saling menghargai dan menghormati, sehingga rasa sayang antara suami istri yang mulai luntur bisa bersemi kembali," kata dia.
Selain itu, katanya, ajaran Ramadhan untuk saling bersilaturahmi mampu merekatkan kembali keretakan rumahtangga. "Mudah-mudahan pelajaran Ramadhan bisa terus membekas, sehingga angka perceraian tidak meningkat lagi usai Ramadhan," kata Zulkifli.
Apalagi, kata dia, pada Idul Fitri 1432 H kalangan masyarakat saling bersilaturahmi dengan kerabat sehingga dapat menjalin kembali rasa persaudaraan.
Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan Kota Batam, Nurmadiah, mengatakan, perceraian di Batam kebanyakan disebabkan adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). KDRT, kata dia, umumnya disebabkan suami berselingkuh, sehingga menimbulkan emosi istri, percekcokan, KDRT, dan berakhir pada perceraian.
"Umumnya, suami datang duluan ke Batam. Baru istri datang menyusul. Ketika sampai Batam, istri tahu bahwa suaminya selingkuh," kata dia.
Jumlah perempuan yang relatif lebih banyak di Batam diperkirakan menjadi penyebab tingginya kasus perselingkuhan, katanya. "Lihat saja di perusahaan-perusahaan lebih banyak pekerja perempuan dibandingkan pria," kata Nurmadiah. [TMA, Ant]