Created on Sunday, 30 June 2013 17:32 Published Date
Sukabumi, GATRAnews – Para mubaligh yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Mubalighat dan Mubalighin Sukabumi, mengajak umat Islam agar terus memelihara persatuan dan kesatuan umat. Demikian intisari diskusi yang bertajuk Merajut Potensi Mubalighin untuk Kembangkitan Islam, yang diselenggarakan Yayasan Qoryah Thayyibah bekerja sama dengan Toserba Selamat, di Sukabumi, Minggu (30/6).
Dalam semangat menjelang Ramadhan 1434 H, kali ini, Pimpinan Yayasan Qoryah Thayyibah, Ustad Yan Maulana menyatakan umat Islam haruslah makin pintar mensiasati masalah yang ada, sekaligus melancarkan solusinya. Permasalahan yang dihadapi umat, menurut Yan, memang makin berat.
"Sekarang banyak masjid, tapi banyak pula yang kosong tinggal bangunan, Al Quran hanya tinggal bacaan, majelis taklim yang hadir hanya para manula," tutur Yan. Bahkan, lanjut Yan, tak jarang antar umat Islam saling curiga dan mencemooh. "Selain itu juga timbul aliran-aliran sesat dan isme-isme baru yang menyesatkan," katanya.
Pendapat senada juga dinyatakan Ketua Forum Umat Islam Bogor, Ustad Yus Khaerunnas, yang juga menjadi pembicara dalam diskusi tersebut. Menurut penilaian Yus, kondisi umat Islam saat ini terbagi menjadi empat golongan. Yakni muslim yang "sadar". "Muslim jenis ini menjalankan syariat Islam secara sadar penuh keyakinan dalam aspek kehidupannya," tutur Yus.
Golongan ke-2, adalah muslim yang "wajar". "Golongan ini menjalankan syariah sewajarnya saja. Ibarat makan, mereka hanya memakan makanan yang perlu-perlu saja. Tak lebih dari itu," katanya. Mereka cenderung ingin 'main aman' tak peduli dengan kondisi sosial lainnya selama sudah menjalankan syariat Islam yang utama.
Golongan ke-3 adalah umat yang "ala kadarnya". Tingkat keIslaman golongan ini, menurut Yus, lebih rendah dari golongan tadi. Mereka hanya menjalankan ibadah 'suka-suka hati' dan 'kalau sempat'. Golongan terakhir adalah mereka yang "kurang ajar". Sesuai namanya, golongan ini, baik sadar maupun tidak, menjadi pengacau kehidupan beragama.
Sebab itulah, Yus mengingatkan agar umat selalu bersatu membina kesatuan. Soalnya, selain masalah intern umat, jamaah juga harus menghadapi beragam tantangan global lainnya. "Berbagai gerakan seperti liberalisasi, globalisasi, korporasi, kapitalisme dan sebagainya," kata Yus.
Berkaitan dengan itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Hizbur Tahrir, Sukabumi, Ustad Mukhlis Alie, telah menyusun struktur permasalahan bagaimana mengatasi persoalan jamaah saat ini. Menurutnya, modal penting yang harus dimiliki umat adalah kesadaran identifikasi tentang fakta-fakta apa saja yang salah dan harus diberantas. "Kesalahan yang sudah membudaya dan masif saat ini menjadi sesuatu yang justru dibenarkan," katanya.
Setelah identifikasi kesalahan tersebut disepakati dan disadari umat muslim, lanjut Mukhlis, tinggal dicari konsep atau alat "pengganti" yang dapat menghapus kesalahan tersebut. "Ini seperti menghapus kotoran ayam di lantai. Bahkan tak cukup dengan air, masih memerlukan cairan pembersih tambahan," kataya.
Walhasil, ketiga pembicara sepakat, bahwa peradaban Islam lah yang dapat menjawab berbagai permasalahan yang timbul saat ini. Untuk membentuk peradaban Islami tersebut, mau tak mau umat Islam haruslah bersatu padu, baik pandangan maupun gerakannya. "Kalau kita lihat sejarah, bahkan 2/3 bumi ini pernah dikuasai oleh peradaban Islam selama 1.300 tahun. Selama itu, mereka sejarahtera termasuk mereka yang nonmuslim," tutur Mukhlis. (Nhi)