Demonstran berdatangan menjelang unjuk rasa massal.
Pengunjuk rasa, yang jumlahnya diperkirakan ribuan orang, sudah berkumpul di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir untuk melakukan unjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Mohammed Morsi.
Aksi unjuk rasa dilakukan Minggu (30/06), bertepatan dengan peringatan satu tahun pelantikan Morsi sebagai presiden, setelah kejatuhan Hosni Mubarak.
Ketegangan telah meninggi menjelang aksi itu. Setidaknya tiga orang, termasuk seorang warga negara AS,Klik tewas dalam kerusuhan pada Jumat (28/06) kemarin.
Pemerintah Amerika Serikat telah memperingatkan warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Mesir.
Sementara, Inggris mendesak warganya untuk "menghindari semua demonstrasi dan pertemuan besar" sementara Perancis mengatakan warga harus "membatasi perjalanan bagi mereka benar-benar memerlukan".
Di Mesir, para pengunjuk rasa merasa tidak puas dengan kebijakan presiden dan pendukungnya, Ikhwanul Muslimin.
Aktivis oposisi mengatakan lebih dari 22 juta orang telah menandatangani petisi yang meminta pemilihan sela. Mereka mendesak warga yang telah ikut menandatangan petisi untuk keluar dan turun aksi di Lapangan Tahrir.
Gerakan akar rumput Tamarod, yang mengorganisir petisi, telah menyatukan kelompok liberal dan kelompok-kelompok oposisi sekuler, termasuk National Salvation Front.
Namun banyak warga biasa -yang marah dengan kebijakan politik dan ekonomi Morsi- juga mengambil bagian dalam aksi itu.
Seorang demonstran mengibarkan bendera Mesir di atas Tahrir Square, pada Jumat (28/06) kemarin.
Bendera dan tenda membentuk sebuah base camp di alun-alun dari mana pengunjuk rasa berencana untuk melakukan reli menuju istana presiden.
Amr Riad, 26, mengatakan kepada kantor berita Reuters: "Kami akan damai tetapi jika mereka yang datang kepada kita melakukan kekerasan, kami akan membela diri."
Berbicara di Afrika Selatan, Presiden AS Barack Obama mendesak "semua pihak untuk memastikan mereka tidak terlibat dalam kekerasan dan polisi ataupun militer dapat menunjukkan tindakan antisipasi yang tepat".
"Kami ingin melihat oposisi dan Presiden Morsi terlibat dalam percakapan yang lebih konstruktif tentang [bagaimana] membangun negara mereka maju," katanya.
Pada hari Jumat (28/06), warga AS Andrew Pochter dan seorang pria lain tewas di kota Mesir bagian utara Alexandria saat pengunjuk rasa menyerbu kantor Ikhwanul Muslimin.
Pochter, yang berada di negara itu untuk mengajar Bahasa Inggris untuk anak-anak, tewas saat menggunakan ponsel untuk mengambil gambar.
Keluarganya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia telah ditikam oleh seorang pengunjuk rasa ketika mengamati demonstrasi.