JAKARTA - Aksi jual ginjal yang dilakukan Sugiyanto (45), untuk menebus ijazah anaknya jadi potret kelam dunia pendidikan. Menurut Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Nuril Ariefin Husein, seharusnya negara bisa segera mengambil sikap terkait persoalan tersebut.
Dengan sederhana, pria yang biasa disapa Gus Nuril itu mengatakan, bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tugas negara. Maka, negara harus mengambil peran.
"Gelandangan, orang terlantar itu dikelola oleh negara, lantas kalau ada warga negara sampai menjual ginjalnya yang disalahkan itu presiden, menteri, gubernur, bupati, walikota," katanya di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (28/6/2013).
Dia menyayangkan pemerintah tidak mengambil peran. Menurutnya, bukan hal yang sulit ketika pemerintah ingin membiayai anak tersebut yang memiliki persoalan keuangan untuk menebus ijazahnya.
"Mensisihkan potensi negara yang kaya raya ini untuk membiayai anak bangsa itu tidak dilakukan. Jadi enggak usahlah pakai pandangan ulama, pakai pandangan sederhana saja. Kalau ada penegasan Undang-Undang bahwa gelandangan dikelola oleh negara dan ternyata tidak dikelola maka negara yang salah," pungkasnya.
Sugianto, nekat menjajakan ginjalnya di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat untuk menebus ijazah anaknya yang ditahan pihak Pondok Pesantren Al Ashiriyah, Bogor, Jawa Barat. Pihak pesantren meminta uang tebusan sebesar Rp17 juta.
(trk)