Dalam kunjungan ke Jakarta Presiden Cina Xi Jinping akan berpidato di gedung DPR/MPR.
Kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke Jakarta 2-3 Oktober akan menandatangi sejumlah perjanjian investasi.
Pemerintah Indonesia mengharapkan peningkatan investasi Cina di Indonesia dapat mengurangi defisit perdagangan yang dialami oleh Indonesia.
Menteri koordinator perekonomian Hatta Rajasa mengatakan dalam kunjungannya ke Indonesia, presiden Cina akan menandatangani sejumlah perjanjian dan nota kesepahaman MOU tentang investasi sektor mineral.
"Kita harapkan dari total semua itu ada sekitar US$ 20 miliar dollar, kita tak hanya promosi soal perdagangan saja, kita juga ingin investasi ditingkatkan untuk menutup defisit yang terjadi pada kita," ungkap Hatta.
Hatta mengatakan Cina tertarik untuk melakukan investasi di berbagai sektor terutama pertambangan dan manufaktur. Para Investor Cina juga akan membangun smelter dengan nilai investasi US$ 10 milliar.
"Hilirisasi smelter boksit, nikel, mereka menyadari Indonesia sangat serius untuk menyetop ekspor bahan mentah, walaupun kita sebetulnya ada kehilangan nilai ekspor juga potensi itu akan ada, tetapi kita tak akan membiarkan itu terus berlangsung, sampai kapan kita akan bergantung pada ekspor," jelas Hatta.
Selama ini Cina merupakan pasar ekspor komoditas tambang Indonesia, seperti batu bara dan kelapa sawit. Tetapi denganKlik pelambatan ekonomi Cina selama beberapa tahun terakhir, menyebabkan nilai ekspor menurun dan menyebabkan defisit neraca perdagangan Indonesia.
Kementerian Perdagangan mencatat total perdagangan Indonesia dengan Cina pada 2012 mencapai US$51 miliar, dengan ekspor Indonesia sebesar US$21 miliar dan impor Indonesia senilai US$29 miliar.
Akhir tahun lalu, neraca perdagangan Indonesia dengan Cina defisit sebesar US$7 miliar.
Data Badan Pusat Statistik BPS yang diumumkan Selasa (1/10) menyebutkan Agustus 2013 defisit Indonesia dengan negara besar seperti Cina mencapai 519,6 juta dolar AS.
Kepala BPS Suryamin mengatakan pemerintah diharapkan terus mencari terobosan untuk menyiasati defisit, antara lain meningkatkan daya saing produk ekspor serta menurunkan impor.
"Terutama barang-barang konsumsi, dan juga meningkatkan ekspor barang-barang unik yang tidak dimiliki oleh negara lain," jelas Suryamin.