NEWS KAMPUS
Senin, 28 Oktober 2013 17:31 wib
Margaret Puspitarini - Okezone
Berbagai bentuk layang-layang dalam sebuah festival layang-layang. (Foto: AFP)
JAKARTA - Perkembangan teknologi mempermudah berbagai pekerjaan manusia. Sayang, perkembangan teknologi juga berdampak negatif, terutama bagi anak-anak. Pasalnya, permainan tradisional yang sarat makna tergantikan dengan permainan individual dalam bentuk tablet.
Kepedulian tersebut melatarbelakangi tujuh mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang untuk membuat film animasi dengan judul "Layang-Layang". Ketujuh mahasiswa itu adalah Tezar Tantular, Jeremia Suluhjuda, Kho Bernike Kosasih, Novita Putri R, Chusnul Mubarok, Arief Angga A, dan Eka Prana Wijaya.
Film berdurasi enam menit itu bercerita tentang makna yang terkandung dalam sebuah permainan layang-layang. Meski terlihat sederhana, layang-layang memiliki banyak nilai positif yang bisa dipelajari oleh anak-anak. Tidak mengherankan, karya Tezar dan kawan-kawan meraih juara pertama kategori animasi dalam Festival Film Mahasiswa Indonesia 2013.
"Ada banyak makna dalam permainan layang-layang. Mulai dari nilai kerjasama dan kebersamaan karena dalam permainan layang-layang tidak bisa dilakukan sendirian hingga nilai gotong royong saat mengejar layangan yang putus," ungkap Tezar, ketika ditemui Okezone selepas pengumuman pemenang di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Senayan, Jakarta Selatan, Senin (28/10/2013).
Sementara itu, Jeremia Suluhjuda menambahkan, nilai lain dalam permainan layang-layang yang coba diangkat pada film tersebut adalah kreativitas. Mereka mencoba menyampaikan kepada anak-anak jika membuat layang-layang bisa menggunakan bahan-bahan sederhana.
Selama proses produksi, Jeremia mengaku tidak menemukan kendala berarti. "Tapi memang saat produksi kami kesulitan untuk bertemu karena jadwal kuliah yang berbeda-beda," jelas Jeremia.
Baik Tezar maupun Jeremia sama-sama tidak menyangka karya mereka bisa meraih juara pertama dalam ajang tersebut. Pasalnya, Layang-Layang merupakan karya perdana mereka yang diikutsertakan dalam kompetisi.
"Kami menang, saya percaya tidak percaya. Sebelumnya memang sudah sering membuat film tapi sebatas untuk tugas kuliah saja. Ini baru kali pertama ikut festival dan menang," urai Tezar.
Ke depan, mereka menyatakan akan akan terus membuat film dengan tema kehidupan sehari-hari. Tidak hanya terbatas pada permainan anak-anak. "Namun, tetap menyangkut dunia anak-anak," tutupnya. (rfa)
Berita Selengkapnya Klik di Sini