Pages

Kamis, 27 Juni 2013

GATRANEWS - KLIK GATRA BARU BICARA
GATRANEWS, Berita Politik dalam dan Luar Negeri // via fulltextrssfeed.com
'World War Z': Drama Kiamat Zombie yang Banyak Berubah
Jun 26th 2013, 13:39

Created on Wednesday, 26 June 2013 20:39 Published Date

Salah Satu Adegan World War Z (Paramount Pictures/Jaap Buitendijk)Jakarta, GATRAnews - Satu lagi adaptasi buku novel menjadi film layar lebar dilakukan Hollywood. Kali ini novel horor tentang kiamat karena zombie, bertajuk World War Z difilmkan. World War Z adalah buah pena dari penulis naskah film dan novel Max Brooks, yang merupakan putra dari aktor legendaris Mel Brooks dan aktris Anne Bancroft. Novel World War Z disambut dengan positif ketika diterbitkan, bahkan versi audio book-nya meraih penghargaan Audie Award di tahun 2007. Di luar kesuksesan dan pujian, adalah sebuah tantangan tersendiri untuk menghadirkan kisah novel sepenuhnya ke film, karena pada dasarnya novelnya menggunakan gaya bercerita lisan dari banyak perspektif negara.

Dalam versi filmnya, Skydance Productions bekerja sama dengan empat studio lain, didukung Brad Pitt sebagai salah satu produser eksekutifnya, mendapuk Marc Forster (Monster`s Ball, Finding Neverland, Quantum of Solace) untuk mengarahkan film yang juga dibintangi oleh Pitt ini.

Tiba-tiba saja dunia dikejutkan dengan adanya virus serupa rabies yang diduga berasal dari Korea, menular lewat gigitan manusia dan mentransformasi hanya dalan jangka waktu 12 detik setelah digigit. Korban berubah menjadi zombie, lalu mengejar dan memangsa korban selanjutnya.

Gerry Lane (Pitt) adalah mantan tentara Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pensiun. Ia dan keluarganya terjebak serangan zombie di Philadelphia, lalu mereka diungsikan ke tengah lautan di lepas pantai New York di atas kapal angkatan laut Amerika Serikat. Namun untuk bisa mendapatkan jatah tempat yang aman di kapal, Gerry harus membantu pemerintah Amerika Serikat mencari sumber dari virus yang menyerang hampir seluruh populasi dunia tersebut. Ia pun harus mendatangi Korea bersama pasukan khusus, kemudian berpindah ke Yerusalem, sebelum menemui pusat penelitian WHO di Cardiff, Wales.

Berpacu dengan waktu, mengandalkan pesan dari ahli virologis dr Andrew Fassbach untuk mencari celah dan keganjilan dari pengamatan di lapangan, Gerry harus menemukan solusi untuk wabah zombie tersebut.

Banyak perubahan yang dibuat dari materi asli novelnya untuk versi layar lebarnya, seperti dilaporkan Jack Coyle dari Associated Press. Misalnya saja, dalam buku perspektifnya lebih bervariasi dari banyak orang, sementara filmnya hanya dari sudut pandang karakter Gerry Lane sendiri. Dalam novel, penyebab kehancuran Israel dan Palestina bukan karena zombie, melainkan karena perang sipil dan pemberontakan.

Dalam film, muncullah salah satu adegan spektakuler dalam film ini, dimana zombie membentuk formasi dan memanjat tembok pertahanan Israel seperti semut, seperti disajikan dalam trailer-nya. Dalam buku, virus berasal dari Cina, namun film menyebutkan sumbernya dari India.

World War Z mencoba menawarkan beberapa terobosan baik dari sisi ide cerita maupun tampilan sinematiknya. Sosok zombie yang ditampilkan dalam World War Z sendiri meneruskan tren baru jenis zombie yang berlari kencang dari film seperti 28 Days Later (2002), Dawn of The Dead (2004), dan I Am Legend (2007); bahkan bisa melompat dan lebih ganas, serta lebih cepat proses transformasi setelah gigitannya.

Zombie bukan lagi the walking dead, dan ia mendeteksi suara sebagai rangsangannya. Beberapa negara pun selamat dengan alasan yang di luar dugaan, seperti Israel yang menyadap percakapan orang India yang mengaku sedang bertempur dengan rhakshasa (diinterpretasikan sebagai zombie), juga Korea Utara yang memerintahkan warganya untuk mencabut gigi agar penyebaran lewat gigitan tidak terjadi.

"Alam adalah pembunuh berseri, yang memiliki kelemahan dan menyamarkan kelemahan itu sebagai kekuatan. Carilah remah-remah celah untuk dapat menangkapnya," demikian konsep menarik soal kiamat akibat wabah zombie yang ditawarkan World War Z.

Forster yang memutuskan memasukkan lebih banyak gaya shaky camera dalam film zombie perdananya ini, juga menampilkan beberapa adegan yang cukup mengejutkan, seperti zombie yang memanjat seperti semut, dan zombie yang melompat ke arah helikopter yang sedang terbang.

Sayangnya, banyak juga tampilan adegan-adegan klise atau pengulangan dari film-film zombie sebelumnya. Masih menghibur memang, terutama untuk mereka yang belum pernah menonton film zombie. Namun untuk yang sudah akrab dengan genre zombie akan merasa kurang menggedor adrenalin, bahkan tensi ketegangan World War Z masih terasa di bawah level 28 Days Later ataupun Dawn of The Dead.

Namun film ini masih terangkat juga dengan akting para pemainnya yang maksimal untuk adegan drama yang mengisi separuh film ini. Adapula penyajian sisi kemanusiaan, seperti tingkah pola dan reaksi beberapa orang yang menjarah sesamanya ketika kekacauan datang. (*/Ven)

Berita Lainnya :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions