Chen Guangcheng memberikan wawancara di markas BBC di London beberapa waktu lalu.
Pembangkang terkenal Cina Chen Guangcheng mengeluarkan peringatan kepada pemerintah Cina dalam permulaan lawatan selama 18 hari di Taiwan.
Ia mengatakan berbagai usaha untuk memberangus hak asasi manusia di Cina akan menjadi buah simalakama.
Aktivis tunanetra itu kini tinggal di pengasingan di Amerika Serikat.
Chen Guangcheng yakin kehausan akan kebebasan dan hak asasi di antara penduduk Cina pada akhirnya nanti akan "mengakhiri pemerintahan otoriter".
Pemerintah Cina, lanjutnya, menghabiskan dana miliaran dolar per tahun untuk memantai para pembangkang dan aktivis.
"Tidak ada satu pun rezim di dunia yang ketakutan atau memantau rakyat mereka sendiri dengan cara seperti itu," kata Chen dalam jumpa pers di Taiwan pada Senin (24/06).
Chen membuat marah para pejabat Cina karena mendokumentasikan keluhan-keluhan warga tentang aborsi paksa.
"Saya terkesan atas keberhasilan demokrasi Taiwan. Taiwan seharusnya bangga."
Ia berhasil melarikan diri dari tahanan rumah di Provinsi Shandong pada April 2012.
Pembangkang itu melarikan diri ke Keduataan Besar Amerika Serikat di Beijing. Pemerintah Cina kemudian mengizinkannya berpindah ke Amerika Serikat bersama istri dan anak-anak mereka.
Dalam awal kunjungan di Taiwan, Chen juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat atas dukungan dan keprihatin mereka.
"Saya terkesan atas keberhasilan demokrasi Taiwan. Taiwan seharusnya bangga," tutur Chen.
Jadwal kegiatan Chen di Taiwan antara lain meliputi pidato di parlemen dan mengadakan pertemuan dengan kelompok oposisi dan hak asasi manusia.