Unjuk rasa menentang penundaan pemilu berlangsung di luar gedung parlemen di Beirut.
Parlemen Lebanon memutuskan untuk menunda pemilihan umum bulan dengan karena kekhawatiran akan keamanan akibat konflik di negara tetangga Suriah.
Lewat pemungutan suara, mereka juga memperpanjang mandat mereka untuk 17 bulan mendatang, yang pertama kalinya terjadi sejak perang saudara berakhir tahun 1990.
Sebanyak 97 dari total 128 anggota parlemen mendukung perpanjangan mandat parlemen dalam pengitungan syara yang berlangsung sepanjang 10 menit.
Dengan keputusan ini maka pemilu yang mestinya berlangsung Juni tahun ini baru akan digealr pada November 2014.
Faktor lain yang menyebabkan penundaan pemilu adalah kegagalan parlemen untuk menyetujui undang-undang pemilihan yang baru.
Para pendukung penundaan pemilu mengatakan keputusan itu diharapkan bisa mengurangi ketegangan, yang belakangan ini meningkat karena keterlibatan dari kelompok Hisbullah dalam krisis politik di Suriah.
Hizbullah, yang beraliran Syiah, mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dalam melawan kelompok pemberontak.
"'Langkah ini menjadi diperlukan untuk menghindari kevakuman dan sekaligus pula merupakan pelanggaran keamanan."
Bagaimanapun ada juga pandangan bahwa penundaan sebagai pukulan bagi tradisi Lebanon dalam menggelar pemilihan yang bebas.
''Demi upaya agar tidak mencapai kevakuman (politik), menjadi penting untuk melihat perpanjangan masa parlemen sebagai hal yang, walaupun tidak begitu," tutur anggota parelemen dan mantan perdana menteri, Fuad Siniora, seperti dikutip kantor berita AP.
''Langkah ini menjadi diperlukan untuk menghindari kevakuman dan sekaligus pula merupakan pelanggaran keamanan," tambahnya.
Di luar gedung parlemen di ibukota Beirut, puluhan pengunjuk rasa perodemokrasi melempari mobil anggota parlemen dan foto anggota parlemen dengan tomat. Mereka juga membawa tiga peti mati yang dibungkus dengan bendera Lebanon.
'Dengan kesedihan dan keterkejutan mendalam, kami menyatakan matinya demokrasi," seperti tertulis dalam salah satu poster pengunjuk rasa.
Kekerasan sektarian yang terkait dengan konflik Suriah meningkat di Lebanon belakangan ini.
Sedikitnya 28 orang tewas dan elbih dari 200 lainnya cedera dalam kekerasan di kota Tripoli, Lebanon utara, antara pendukung dan penentang Presiden Bashar al-Assad.