Minggu, 19 Mei 2013 | 03:17 WIB
TEMPO.CO, Surabaya- Keunikan karya seni batik gentongan Madura tak pernah terlintas di benak Billy Wong, desainer batik asal Kota Malang. Billy tak menyangka, ada kisah mistik dari selembar karya batik gentongan yang tertuang di atas kain.
Ia mengatakan, proses pembuatan batik gentongan Madura tidak seperti batik Jawa umumnya. Selain membutuhkan waktu minimal 6 bulan, juga ada pantangan bagi pengrajin batik gentongan.
Billy mengatakan, pantangan ini bisa mendatangkan karma jika pengrajin batik melanggar tradisi. "Kalau ada keluarga yang meninggal, maka proses pembuatan batik dalam gentong itu harus berhenti. Kalau tidak, akan bawa sial," kata Billi Wong di sela-sela konferensi pers pameran produk Bank & UMKM Jawa Timur di perpustakaan BI Surabaya, Jumat 17 Mei 2013.
Ia menjelaskan, nama batik ini mengambil dari proses pembuatannya yang menggunakan media gentong. Gentong itu juga harus ditaruh dalam kamar yang kedap cahaya. Batik Gentongan Madura dibuat hand made dengan sentuhan pewarna alam serta umumnya bermotif flora dan fauna. Perpaduan perwarna alam dengan motif flora fauna ini membentuk cita rasa seni budaya timur yang kuat. "Dicelup diangkat, begitu seterusnya hingga minimal 6 bulan. Ini yang membuat batik Gentongan Madura istimewa, ada tradisi sendiri," ucapnya.
Sejak tiga tahun lalu, dirinya menggeluti fashion dengan mengusung batik Gentongan Madura. Mulanya, ia tertarik Batik Gentongan dari lomba desainer yang mengharuskan setiap peserta menonjolkan karya seni batik setiap daerah. Ia memilih batik Gentongan Madura karena menyuguhkan hal aneh dalam proses pembuatannya.
Pengahargaan terhadap karya seni batik Madura lantas diwujudkan dalam bentuk rancang busana yang berkonsep international. Perpaduan pewarna alami, proses pembuatan, motif ditambah kombinasi materi denim, adalah bentuk akulturasi cita rasa budaya Timur dan Barat yang semakin mempertegas fashionable. "Setiap pameran di luar negeri, batik Gentongan Madura ini selalu saya bawa. Pernah pameran ke Venezuela, Hong Kong, dan Korea."
Di tengah karya seni Madura yang berpotensi menembus pasar internasional, Billy mengaku prihatin dengan kondisi strata ekonomi pengrajin batik Gentongan Madura. Ia melihat, ada tangan besar yang sengaja membuat para pengusaha dan pengrajin karya seni Madura ini seakan mati suri. Selain faktor pendanaan, pengrajin batik Gentongan tidak memiliki asosiasi yang membantu memasarkan produknya.
Pengrajin, ucap Billy, hanya tergantung ke pengepul dan tidak memiliki akses pengembangan usaha. Dengan begitu, mereka tidak mempunyai daya dukung menuju kondisi ekonomi yang lebih baik. Billy menegaskan, butuh program edukasi dari pemerintah dan perbankan soal pengelolaan keuangan dan manajemen bisnis. "Mereka umumnya tidak tahu kredit perbankan, perlu asosiasi perbankan turun ke daerah Madura. Bagi masyarakat Madura, menabung itu masih ekslusif," kata Billy.
DIANANTA P. SUMEDI
Topik terhangat:
PKS Vs KPK | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Berita lainnya:
EDISI KHUSUS Cinta dan Wanita Ahmad Fathanah
Para Pria Ini Merasakan Sakitnya Melahirkan
7 Langkah Menjaga Kesehatan Alat Vital
Waspada 6 Jenis Makanan Ini
Mengenal Penyakit Sclerosis