Protes dengan bertelanjang dada di Tunisia adalah yang pertama di dunia Arab.
Aktivis feminisme yang melakukan protes dengan bertelajang dada diadili di Tunisia di tengah protes yang menyebutnya menghina Islam.
Amina Tyler ditahan pekan lalu setelah ia menulis Femen -nama kelompok feminisme di Ukraina- di satu tembok dekat masjid utama di kota Kairouan. Tyler adalah anggota kelompok Femen.
Ia didakwa memiliki secara ilegal alat semprot merica.
Ia mendapatkan ancaman mati setelah menerbitkan foto telanjang dada di internet dengan tulisan "tubuh saya adalah milik saya" di perutnya.
Di Tunis, tiga anggota kelompok Femen -dua Prancis dan seorang Jerman- juga dihadirkan ke pengadilan setelah ditahan Rabu (29/05) karena melakukan protes dengan bertelanjang dada.
Protes seperti itu merupakan yang pertama di dunia Arab dan mengejutkan banyak pihak di Tunisia.
Pihak garis keras Islamis menerapkan peraturan yang lebih ketat sejak revolusi di negara itu bulan Januari 2011.
Sementara itu, menjelang sidang Amina Tyler di Kairouan, sekitar 150 kilometer dari Tunis, banyak warga yang berkumpul di luar gedung pengadilan.
Kuasa hukum Amina Tyler, Leila Ben Debba, mengatakan kasus itu bukan menyangkut moralitas.
"Kasus ini bukan tentang moral... Ini menyangkut masalah lain," kata Ben Debba.
Sementara itu Hamed El Magrebi, kuasa hukum yang mewakili masyarakat yang marah atas tindakan Tyler menyerukan agar ia dikenakan dakwaan mengancam keamanan kota.
"Insiden ini menyebabkan kekerasan. Penduduk kota Kairouan tersinggung atas perempuan ini," kata El Magrebi.
Kelompok Femen, yang didirikan di Ukraina dan bermarkas di Paris, berkembang sejak 2010.
Mereka melakukan unjuk rasa dengan bertelanjang dada terkait berbagai isu perlakuan buruk terhadap perempuan dan kediktatoran.