Created on Friday, 24 May 2013 09:07 Published Date
Jakarta, GATRAnews - Persahabatan Prisia Nasution dan Adinia Wirasti diuji lewat perjalanan wisata mereka ke Eropa, dalam film berjudul Laura & Marsha. Film yang berdurasi 107 menit ini akan diputar di bioskop-bioskop Indonesia mulai 30 Mei 2013. Prisia Nasution memerankan Laura, sementara Adinia Wirasti memerankan Marsha.
"Ide awalnya ingin membuat road movie. 13 orang termasuk 2 pemain, Prisia dan Rasti syuting di Eropa selama 22 hari ke empat negara Eropa," kata produser film Inno Maleo Pictures Leni Lolang dalam jumpa pers film Laura & Marsha di Kemang Village, Jakarta, Kamis (23/5).
Laura & Marsha menceritakan perjalanan dua orang sahabat yang berbeda karakter ke Belanda, Austria, Jerman, dan Italia. Dengan bujet di bawah 7 miliar rupiah, film ini menelusuri petualangan dalam rute perjalanan dari kota Amsterdam, Bruhl, Innsbruck, Verona, dan akhirnya Venice.
Laura adalah perempuan serius yang selalu ingin segalanya terjadwal dan sesuai aturan, sementara Marsha lebih spontan dan menikmati apa yang di depan mata. Proses syuting diakui oleh Leni cukup berat, namun beruntungnya ijin syuting dari pemerintah setempat cukup mudah didapatkan meski hanya lewat email, dan tiket serta antisipasi rute sudah dilakukan sebelum tim terpilih berangkat untuk syuting.
Sementara Adinia Wirasti yang memerankan Marsha mengaku karakter perannya sangat berbeda dengan karakter pribadinya, sehingga ia menerapkan method acting dengan diperlakukan sebagai Marsha selama syuting di Eropa. "I wish saya bisa seperti dia yang hidup enteng dan bisa melupakan apa yang terjadi dalam hidupnya sebelumnya. Tapi tipe travelling saya justru lebih seperti Laura," kata Rasti.
Prisia Nasution pun mengaku lebih mirip dengan karakter dan gaya bepergian karakter lawan mainnya, Marsha, yang justru diperankan Adinia Wirasti. "Konflik yang dialami dalam film ini memang dialami langsung kru kita selama syuting," ujar Pia.
Sutradara film Laura & Marsha Dinna Jasanti menjelaskan, film ini dibuat dengan gaya semi dokumenter. Selama 10 hari tim film mensurvey 100 lokasi di Eropa, untuk kemudian disesuaikan dengan alur cerita di Jakarta melalui naskah buatan Titien Wattimena sebelum mulai syuting. "Rute perjalanan disusun untuk 22 hari dan nggak boleh diutak-atik. Kalau ada yang kurang, antisipasinya kita nggak balik, kelar nggak kelar cabut dan maju terus," ujar sutradara debutan ini. (*/Ven)
Berita Lainnya :