Jakarta (ANTAR News) - Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, dikarenakan situasi global yang bergejolak.
"Dalam beberapa hari ini penguatan dalam dolar AS itu luar biasa dan mempengaruhi mata uang lain, serta beberapa alternatif komoditas penyimpanan seperti emas," ujarnya di Jakarta, Jumat.
Menurut Mahendra, penguatan dolar AS ini juga terjadi di beberapa negara Asia, termasuk terhadap beberapa mata uang di kawasan yang relatif kuat seperti dolar Australia.
Namun, ia menambahkan kondisi ini tidak terlalu mempengaruhi nilai tukar rupiah dalam jangka panjang, asalkan kondisi perekonomian Indonesia dan pengelolaan fiskal secara keseluruhan dalam kondisi terjaga serta stabil.
"Kalau kita fundamental kuat dan pengelolaan makro prudensialnya baik, mestinya tidak ada masalah," ujarnya.
Untuk itu, ia mengharapkan adanya kebijakan yang lebih pasti terkait pengelolaan BBM bersubsidi agar APBN berada dalam kondisi baik dan relatif memadai dalam mendukung momentum pertumbuhan ekonomi.
"Tapi kalau kita tidak berkesudahan dalam menyelesaikan masalah BBM, memang ada alasan untuk khawatir," kata Mahendra.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat sore bergerak menguat sebesar 10 poin menjadi Rp9.745 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.755 per dolar AS, seiring dengan penjagaan Bank Indonesia (BI) di pasar uang.
"Nilai tukar rupiah kembali menguat (rebound) setelah sepanjang pekan ini cenderung berada di area negatif," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova.
Ruly menilai Bank Indonesia yang terus aktif menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah di pasar uang domestik agar membuat mata uang domestik kembali berada dalam area positif. (*)