PERBANKAN
Jum'at, 15 November 2013 09:05 wib
Dina Mirayanti Hutauruk - Okezone
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memandang kebijakan nilai tukar ditempuh Bank Sentral tersebut bukan merupakan pemicu gejolak (Shock Amplifier) dalam perekonomian Indonesia.
Gubernur BI Agus Martowardoyo mengatakan kebijakan nilai tukar ditujukan untuk mengarahkan Rupiah bergerak sesuai dengan pundamentalnya sehingga dapat berperan sebagai instrumen peredam gejolak atau shock absorber perekonomian.
"Itulah makanya kurs tidak bisa ditentukan pada nilai tertentu," Kata Agus di Gedung BI, Jakarta, Kamis (14/11/2013).
Dia meminta masayarakat Indonesia harus membiasakan diri hidup dengan rupiah yang selalu menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi yang terjadi karena dalam jangka panjang Rupiah mempunyai kemampuan menetralisasi.
"Jika terjadi defisit current account maka rupiah melemah dan jika Rupiah melemah maka akan memperkuat ekspor dan menekan impor," Ujar Agus.
Namun, Dia mengatakan setiap negara mempunyai penyesuaian mata uanga yang berbeda-beda. Menurutnya, negara yang memiliki teknologi industri yang kuat seperti Jepang, penyesuaian mata uangnya bisa lebih cepat dibanding Indonesia.
"Kita lebih lambat pnyesuaiannya kareena kita negara komoditas," ujarnya.
Namun, Agus mengatakan kebijakan nilai tukar harus didukung oleh penguatan struktur pasar valas yang dalam dan likuid sehingga mendukung proses pembentukan kurs yang lebih efisien. (kie) (wdi)
Berita Selengkapnya Klik di Sini