Gambar para tahanan perempuan yang ditayangkan Al-Jazeera.
Pemerintah Suriah membebaskan setidaknya 48 tahanan perempuan sebagai bagian kesepakatan pembebasan sejumlah sandera, demikian sejumlah laporan menyebutkan.
Kelompok pengamat hak asasi manusia Suriah, SOHR mengatakan, pemerintahan Presiden Bashar al-Assad telah membebaskan para tahanan itu dalam dua hari terakhir.
Organisasi yang berbasis di Inggris ini mengatakan pertukaran tahanan dan sandera ini bisa terjadi setelah Qatar dan Otoritas Palestina turun tangan.
Stasiun televisi Al-Jazeera menayangkan gambar saat proses pembebasan itu berlangsung.
Sejauh ini belum ada komentar dari pejabat Suriah terkait pembebasan tahanan perempuan, juga tidak ada rincian tentang siapa mereka atau di mana mereka sekarang berada.
Adapun jati diri para sandera yang ditukar dengan para tahanan perempuan ini, masih simpang siur.
Sejumlah laporan menyebutkan, sembilan orang sandera itu adalah warga Lebanon yang disebut-sebut ditahan di Suriah utara oleh kelompok pemberontak Sunni.
Para pemberontak bersikeras sandera mereka adalah anggota kelompok Hizbullah yang beraliran Syiah di Lebanon.
Suasana Kota Damaskus ketika serangan artileri kelompok pemberontak.
Beberapa pejabat di Lebanon mengatakan bahwa pembebasan tahanan perempuan ini merupakan pembebasan yang ketigakalinya.
Para wartawan mengatakan, keterlibatan Lebanon, Suriah, Turki , Qatar dan Otoritas Palestina dalam kesepakatan pertukaran tahanan dan sandera ini menunjukkan sejauh mana krisis di Suriah telah menyebar di seluruh wilayah yang lebih luas.
Sementara itu, Klik pemadaman listrik yang sempat terjadi di ibu kota Damaskus akibat serangan kelompok pemberontak terhadap saluran pipa pemasok gas, telah berangsur-angsur normal kembali.
Serangan artileri kelompok pemberontak itu menyebabkan pemadaman listrik yang meluas dan memicu kebakaran besar di dekat bandara internasional Damaskus.
Kota Aleppo di wilayah utara dan pusat kota Homs juga terpengaruh akibat serangan tersebut.
Konflik Suriah sejauh ini telah menewaskan lebih dari 100.000 jiwa dan mengakibatkan lebih dari dua juta orang pengungsi.