Created on Tuesday, 30 July 2013 17:10 Published Date
Jakarta, GATRAnews - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berhasil membukukan pertumbuhan kinerja pada semester I 2013 ini. Bank milik pemerintah ini membukukan laba bersih Rp 10,012 triliun, atau tumbuh sekitar 16% dibanding laba bersih semester I 2012 yang senilai Rp 8,61 triliun.
Direktur Bisnis UMKM Bank BRI, Djarot Kusumayakti, mengatakan, pertumbuhan kinerja BRI ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 28,5% secara year on year mencapai sebesar Rp 391,77 triliun per akhir Juni 2013.
"Pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut juga dibarengi dengan penjagaan kualitas kredit seperti yang tercermin dari tingkat kredit bermasalah (NPL) yang terjaga pada 0,41 %, menurun dari tingkat NPL semester satu tahun sebelumnya yang mencapai 0,55%," ujar Djarot, dalam konfrensi pers, di Jakarta, Selasa (30/7).
Ia menambahkan, bisnis mikro BRI juga terus memperlihatkan momentum pertumbuhan yang menggembirakan. Kredit mikro BRI dalam peride yang sama tumbuh sebesar 26,4% mencapai Rp 122,08 triliun, atau meningkat sebesar Rp 25,49 triliun.
"Dengan pengetahuan yang mendalam tentang karakteristik bisnis mikro, pertumbuhan yang tinggi tersebut dapat dibarengi dengan penjagaan kualitas kredit, seperti tercermin dari tingkat NPL kredit mikro yang sebesar 0,46%," tutur Djarot.
Pertumbuhan kredit mikro BRI, lanjut dia, tidak hanya menghasilkan peningkatan outstanding pinjaman, tetapi juga menghasilkan peningkatan jumlah nasabah. Hingga akhir Juni 2013, jumlah debitur mikro BRI mencapai 5,9 juta orang. Sebagai catatan, kontribusi kredit mikro BRI dalam portfolio kredit BRI terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
Dengan pertumbuhan bisnis mikro, yang disertai dengan mlai bertumbuhnya segmen kredit kecil dan menengah, maka komitmen BRI untuk terus mengembangkan segmen Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) di Indonesia sangat kuat, seperti yang tercermin dari dominasi kredit MKM dalam portfolio BRI yang mencapai 73,2% dari total kredit.
Dari sisi pendanaan, BRI juga berhasil menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Djarot menuturkan, per akhir Juni 2013, total DPK BRI mencapai Rp 439 triliun atau tumbuh 18,3% yoy. "Perolehan DPK BRI didominasi oleh penyimpan ritel, seperti yang terlihat dari jumlah rekening simpanan yang per akhir Juni 2013 mencapai 37 juta rekening," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, yang merupakan hasil penting dari transformasi bisnis BRI juga terus menunjukkan pertumbuhan yang baik. Peningkatan fee based income merupakan hasil dari pengembangan layanan e-banking BRI beserta e-channel nya secara terus menerus. "Fee based income BRI meningkat 22,6% secara yoy, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh sebesar 72,2% secara yoy," tuturnya.
Selain transaksi e-banking, dikatakan Djarot, pertumbuhan fee based income BRI juga berasal dari fee yang iperoleh dari Trade Finance, yang dalam kurun waktu sama tumbuh sebesar 70.7%. Menurutnya, pesatmya pertumbuhan Trade Finance merupakan salah sat hasil trickle down busines dari segmen korporasi BRI.
Djarot menjelaskan, keberhasilan BRI untuk terus mengembangkan fee based income nya tidak terlepas dari pengembangan infrastruktur IT dan fitur e-banking yang sampai saat ini mencapai 250 fitur, disertai dengan ekspansi e-channel dan outlet yang bertujuan meningkatkan dan mempermudah akses masyarakat kepada layanan perbankan. (*/DKu)- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berhasil membukukan pertumbuhan kinerja pada semester I 2013 ini. Bank milik pemerintah ini membukukan laba bersih Rp 10,012 triliun, atau tumbuh sekitar 16% dibanding laba bersih semester I 2012 yang senilai Rp 8,61 triliun.
Direktur Bisnis UMKM Bank BRI, Djarot Kusumayakti, mengatakan, pertumbuhan kinerja BRI ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 28,5% secara year on year mencapai sebesar Rp 391,77 triliun per akhir Juni 2013.
"Pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut juga dibarengi dengan penjagaan kualitas kredit seperti yang tercermin dari tingkat kredit bermasalah (NPL) yang terjaga pada 0,41 %, menurun dari tingkat NPL semester satu tahun sebelumnya yang mencapai 0,55%," ujar Djarot, dalam konfrensi pers, di Jakarta, Selasa (30/7).
Ia menambahkan, bisnis mikro BRI juga terus memperlihatkan momentum pertumbuhan yang menggembirakan. Kredit mikro BRI dalam peride yang sama tumbuh sebesar 26,4% mencapai Rp 122,08 triliun, atau meningkat sebesar Rp 25,49 triliun.
"Dengan pengetahuan yang mendalam tentang karakteristik bisnis mikro, pertumbuhan yang tinggi tersebut dapat dibarengi dengan penjagaan kualitas kredit, seperti tercermin dari tingkat NPL kredit mikro yang sebesar 0,46%," tutur Djarot.
Pertumbuhan kredit mikro BRI, lanjut dia, tidak hanya menghasilkan peningkatan outstanding pinjaman, tetapi juga menghasilkan peningkatan jumlah nasabah. Hingga akhir Juni 2013, jumlah debitur mikro BRI mencapai 5,9 juta orang. Sebagai catatan, kontribusi kredit mikro BRI dalam portfolio kredit BRI terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
Dengan pertumbuhan bisnis mikro, yang disertai dengan mlai bertumbuhnya segmen kredit kecil dan menengah, maka komitmen BRI untuk terus mengembangkan segmen Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) di Indonesia sangat kuat, seperti yang tercermin dari dominasi kredit MKM dalam portfolio BRI yang mencapai 73,2% dari total kredit.
Dari sisi pendanaan, BRI juga berhasil menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Djarot menuturkan, per akhir Juni 2013, total DPK BRI mencapai Rp 439 triliun atau tumbuh 18,3% yoy. "Perolehan DPK BRI didominasi oleh penyimpan ritel, seperti yang terlihat dari jumlah rekening simpanan yang per akhir Juni 2013 mencapai 37 juta rekening," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, yang merupakan hasil penting dari transformasi bisnis BRI juga terus menunjukkan pertumbuhan yang baik. Peningkatan fee based income merupakan hasil dari pengembangan layanan e-banking BRI beserta e-channel nya secara terus menerus. "Fee based income BRI meningkat 22,6% secara yoy, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh sebesar 72,2% secara yoy," tuturnya.
Selain transaksi e-banking, dikatakan Djarot, pertumbuhan fee based income BRI juga berasal dari fee yang iperoleh dari Trade Finance, yang dalam kurun waktu sama tumbuh sebesar 70.7%. Menurutnya, pesatmya pertumbuhan Trade Finance merupakan salah sat hasil trickle down busines dari segmen korporasi BRI.
Djarot menjelaskan, keberhasilan BRI untuk terus mengembangkan fee based income nya tidak terlepas dari pengembangan infrastruktur IT dan fitur e-banking yang sampai saat ini mencapai 250 fitur, disertai dengan ekspansi e-channel dan outlet yang bertujuan meningkatkan dan mempermudah akses masyarakat kepada layanan perbankan. (*/DKu)
Berita Lainnya :