
Warga Islam di kota Thandwe membersihkan rumahnya yang diserang umat Buddha.
Polisi di Myanmar mengatakan lima orang tewas dalam kekerasan di kota Thandwe, negara bagian Rakhine.
Serangan umat Buddha atas tiga perkampungan warga Islam pada Selasa (01/10) itu juga menyebabkan lebih dari 35 rumah terbakar dan sebuah masjid dirusak.
Korban jiwa, menurut polisi, adalah empat orang pria dan seorang perempuan yang berusia 94 tahun, yang ditikam oleh penyerang.
Para penyerang diperkirakan berjumlah antara 800 hingga 1.000 orang dan polisi melepas tembakan peringatan udara untuk membubarkan mereka.
"Kami melepas tembakan ke udara dan gerombolan bubar melarikan diri, " kata seorang perwira polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada kantor berita Associated Press.
Dia menambahkan bahwa kini sedang dilakukan penyelidikan untuk dakwaan pembunuhan di pengadilan.
Jam malam sudah diberlakukan mulai pukul enam malam hingga enam pagi karena suasana yang masih tegang.
"Namun penjelasan kita kepada PBB da negara-negara di kawasan kita bisa meyakinkan mereka untuk memahami kita."
Kekerasan terbaru ini marak bersamaan dengan kunjungan resmi Presiden Thein Sein ke Rakhine, yang beberapa tahun belakangan dilanda kekerasan antar umat Buddha dan Islam.
Presiden Thein Sein, yang tiba di Rakhine Selasa kemarin, dilaporkan juga akan berkunjung ke Thandwe pada Rabu 2 Oktober.
Dalam pidatonya saat tiba di Rakhine, dia mengakui bahwa kekerasan antar agama itu berdampak pada citra Klik Burma di dunia internasional.
"Namun penjelasan kita kepada PBB dan negara-negara di kawasan, kita bisa meyakinkan mereka untuk memahami kita. Yang paling penting adalah kita tidak membiarkan hal ini terjadi lagi."
Tahun lalu kekerasan antar umat Buddha dan Islam di Burma menyebabkan jatuhnya 192 korban jiwa sementara 140.000 orang terpaksa mengungsi dari rumahnya.
Kelompok pegiat hak asasi menuduh pemerintah Myanmar berpihak dalam kekerasan antaragama di negara itu.
Bulan April tahun ini, Klik BBC mendapatkan video yang memperlihatkan aparat kepolisian membiarkan perusuh Buddha menyerang minoritas Muslim di kota Meiktila, Mandalay.
Tuduhan itu berulang kali dibantah oleh pemerintah, yang mengaku sudah berupaya untuk meredakan konflik.