
Jenazah korban tenggelamnya kapal pencari suaka diletakkan di hanggar.
Pemerintah Italia mengatakan negara itu berkabung pasca tenggelamnya kapal imigran yang membawa 500 orang asal Afrika di perairan dekat Pulau Lampedusa.
Setidaknya ada 103 jenazah yang telah ditemukan dan diperkirakan masih ada lebih banyak korban lagi yang terjebak di dalam Klik kapal yang tenggelam.
Petugas berhasil menyelamatkan lebih dari 150 orang dan kebanyakan dari mereka merupakan warga Somalia dan Eritrea.
Menteri Dalam Negeri Italia, Angelino Alfano mengatakan petugas telah menangkap awak kapal berkebangsaan Tunisia yang berusia 35 tahun pasca kejadian ini.
"Dia pernah dideportasi dari Italia pada bulan April lalu," kata Alfano.
"Ini bukan tragedi Italia, kejadian ini merupakan tragedi bagi seluruh Eropa."
"Lampedusa merupakan garis perbatasan terdepan Eropa dan bukan Italia," tambahnya.
Pemerintah Italia mengatakan aksi mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang para korban akan dilakukan di seluruh sekolah.
Wartawan BBC di Roma, Alan Johnston mengatakan disaat kondisi kawasan Mediterania tenang hampir setiap hari kapal imigran dari Afrika dan Timur Tengah berupaya merapat di kawasan pantai bagian selatan Italia.
Biasanya kapal-kapal ini mengalami kelebihan muatan dan tidak layak untuk berlayar.
"Ini bukan tragedi Italia, kejadian ini merupakan tragedi bagi seluruh Eropa"
Badan PBB yang menangani masalah pencari suaka, UNHCR lewat komisionernya, Antonio Guterrez memuji tindakan penjaga pantai Italia yang dengan cepat berhasil menyelamatkan nyawa para pencari suaka korban kapal tenggelam itu.
PBB mengatakan dalam beberapa bulan terakhir pencari suaka yang berupaya menyeberang ke Eropa kebanyakan merupakan warga yang lari dari konflik Suriah dan berasal dari ujung benua Afrika.
UNHCR menyebutkan hingga 30 September lalu jumlah pencari suaka yang tiba di perairan Italia jumlahnya mencapai 30.100 orang.
Mereka memiliki berbagai latar kewarganegaraan antara lain dari Suriah (7.500), Eritrea (7.500) dan Somalia (3.000).