Created on Tuesday, 03 September 2013 15:47 Published Date
Jakarta, GATRAnews - Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi menganggap surplus nonmigas Indonesia pada periode Januari-Juli 2013 yang senilai US$ 1,98 miliar adalah hal yang patut disyukuri.
"Kalau lihat month to month (mom) nya, ekspor nonmigas Indonesia masih tumbuh 7,3 % dengan nilai US$ 12,8 miliar. Ini sesuatu yang patut kita syukuri," katanya saat konferensi pers di kantor Kemendag, Selasa (3/9).
Meski sektor nonmigas masih surplus, tapi pada periode yang sama ekspor migas mengalami defisit US$ 5,6 miliar. Dengan bengkaknya jumlah impor migas, makin memberi tekanan terhadap neraca perdagangan Indonesia. Sebab, impor migas dari bulan Juni hingga Juli naik 24,8%.
"Itu tidak terlalu menjadi sebuah kejutan karena setiap musim Ramadhan dan Lebaran kerap terjadi peningkatan konsumsi migas untuk produktif maupun transportasi," kata Bayu.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, menurut Bayu, juga salah satu penyebab defisit neraca perdagangan migas. Selain itu, defisit juga disebabkan oleh pelemahan ekonomi global. "Meskipun ekspor kita masih naik, tetapi secara keseluruhan yoy ekspor kita turun 6,1%. Ini kondisi berat, pasar sedang tidak kondusif," tutur Bayu.
Perdagangan Indonesia, dikatakan Bayu memang sedang mengalami tiga tantangan besar. Pertama adalah penurunan nilai ukar rupiah, kedua adalah defisit neraca perdagangan, dan ketiga adalah inflasi.
"Penurunan nilai tukar rupiah lebih banyak karena ekonomi global, situasi di negara lain. Penurunan nilai tukar tidak hanya rupiah, melainkan juga di negara lain. Rupiah terdepresiasi 6,7%. Tapi yg paling kuat terdepresiasi adalah Rupee India, yakni 8%. Sementara Baht Thailand terdepresiasi 2%," jelas Bayu. (*/DKu)
Berita Lainnya :