Warga Nairobi menyalakan lilin mengenang korban Wetsgate pada Sabtu (28/09) lalu.
Pejabat tinggi bidang keamanan Kenya akan menghadapi cecaran pertanyaan dari anggota parlemen setempat terkait terjadinya Klik serangan teror di mal Westgate dua pekan lalu.
Serangan itu menewaskan 67 korban setelah militan dari kelompok al-Shabab diduga mendalangi aksi serbuan bersenjata dan menyandera puluhan korban.
Menurut Kepala Komisi Pertahanan di Parlemen Kenya "rakyat berhak tahu bagaimana ada kebocoran dalam sistem keamanan" sehingga serangan tersebut terjadi.
Menurut sejumlah berita lembaga intelejen nasional Kenya NIS sebenarnya sudah merilis peringatan akan kemungkinan ada serangan setahun lalu.
Dalam serangan di Nairobi itu, lima militan terbunuh oleh pasukan keamanan setempat dalam proses tembak-menembak selama empat hari dan 10 orang ditahan setelah kejadian.
Menurut respon Al-Shabab, sebuah kelompok Islamis bersenjata, serangan ini Klik merupakan balasan dari aksi militer Kenya di Somalia.
Menurut sejumlah sumber intelejen di negeri itu kepada BBC, sebelum memulai aksinya militan lebih dulu Klik menyewa salah satu toko di mal untuk memuluskan aksi.
Kepala Komisi Pertahanan parlemen Kenya Ndung'u Gethenji mengatakan pada BBC pertanyaan terhadap para pejabat akan berkisar pada "anatomi seluruh operasi penyelamatan" karena muncul silang pendapat dan kebingungan tentang siapa yang mestinya bertanggung jawab atas kasus ini.
Sejumlah laporan yang diterbitkan koran setempat menyebut NIS mengeluarkan peringatan setahun lalu tentang kehadiran militan yang diduga anggota al-Shabab di Nairobi dan dicurigai akan melakukan serangan bunuh diri
Laporan NIS setebal 8.000 halaman itu juga menyebut pemerintah Israel memberikan peringatan yang sama terhadap bangunan yang dimiliki oleh warga atau lembaga Israel, dimana serangan bisa berlangsung antara 4 sampai 28 September.
Mal Westgate sebagian dimiliki warga Israel.