Created on Friday, 25 October 2013 11:14 Published Date
Jakarta, GATRAnews – Sebagai bagian dari rangkaian perayaan peringatan 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang, Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) bekerjasama dengan DNA Production dan Fuji TV-Japan memproduksi Film Televisi (FTV) berjudul Aishiteru. Aishiteru dibuat berlatar belakang sejarah dimana ternyata terdapat 107 orang tentara Jepang pada masa perang dunia II telah menjadi pahlawan bagi Indonesia. 25 orang di antaranya, telah dimakamkan di TMP Nasional Kalibata.
Selain menghadirkan nilai-nilai semangat kebersamaan, Asihiteru juga sekaligus menyuguhkan pertukaran budaya dan keindahan alam Indonesia-Jepang.
FTV berdurasi dua jam ini memulai proses produksi pada Oktober 2013 dengankru produksi gabungan dari Indonesia dan Jepang. Kolaborasi ini disutradarai oleh Eddy Prass dari Indonesia dan Satoshi Kubota dari Fuji TV, Jepang. Kompas TV akan menyiarkan Asihiteru pada 22 Desember 2013, sementara Fuji TV akan menyiarkannya pada Januari 2014.
Kisahnya tentang Mediana (diperankan Prisia Nasution), mahasiswi Indonesa yang magang di K-TV dan Satoshi (Minami Keisuke), seorang jurnalis JBS (Japan Broadcast System) yang mengunjungi Indonesia dalam rangka meliput perayaan hubungan Indonesia-Jepang yang ke-55 sekaligus mencari keberadaan kakek Satoshi bernama Tamotsu Matsumo, seorang wartawan perang yang menghilang setelah dikirim ke Indonesia pada masa perang dunia ke 2. Keduanya menyatukan ide menyelidiki keberadaan Tamotsu, yang ternyata dikenal sebagai Suwiryo di Indonesia. Suwiryo tewas karena melindungi Tamotsu saat dikejar tentara sekutu, sehingga Tamotsu mengurus keluarga Suwiryo setelah perang.
Soundtrack dari Aishiteru dikerjakan oleh Fadly Padi, berjudul Perfect Love dan dibawakan oleh Kotak. Menurut produser dari DNA Production, Rina Novita, syuting dilakukan di Tokyo dan daerah pegunungan Fuji di Jepang, serta kawasan pegunungan Puncak di Indonesia. Selain itu ada nilai-nilai timur seperti persahabatan dan cinta sejati yang mulai luntur dan perlu dilestarikan. Diharapkan kemajuan perfilman Jepang memberikan pengaruh positif untuk Indonesia lewat kerjasama ini.
Prisia Nasution yang dipilih memerankan Mediana mengaku kesulitan dalam menguasai bahasa Jepang untuk dialog film. "Bahasa Jepang salah satu bahasa yang sulit dipelajari. Kita sangat singkat persiapannya, cuma belajar bahasa 4-5 hari. Semuanya praktis spontan di lapangan,kalau Cuma dihafal rasanya nggak enak nggak memahami apa yang diucapkan lawan main. Itu tantangannya," kata Prisia dalam jumpa pers di Gedung Film, Jakarta, Kamis (24/10).
Aktor Jepang, Minami Keisuke yang baru menyelesaikan syuting di Indonesia pada kamis (24/10)juga sama sekali tak bisa berbahasa Indonesia. "Ini pengalaman pertama saya main film di Indonesia, luar biasa dan chemistry dengan Prisia sangat nyambung. Saya ingin belajar bahasa Indonesia lebih banyak," kata Keisuke, dalam jumpa pers tersebut. Porsi bahasa Jepang dalam Aishiteru sebanyak 30% yang akan dibantu dengan pemberian teks berjalan pada penayangannya di Indonesia.
Duta besar Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori berterima kasih atas inisiatif untuk memproduksi Aishiteru. "Saya harap masyarakat Indonesia dan Jepang semakin akrab, saling mengunjungi tempat-tempat seperti Puncak dan Gunung Fuji saat spring yang ada di film ini," kata Katori.
Setelah diputar di Kompas TV, tim produksi juga akan mengadakan roadshow ke sepuluh kampus di Indonesia untuk memutarkan Aishiteru. Jika tak ada penghalang, kelanjutan film ini juga tak mustahil untuk dibuat. (*/Ven)
Berita Lainnya :