Pemerintah memerlukan dana besar untuk membayar utang negara.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan kenaikan pajak penjualan yang telah lama dinanti-nantikan sebagai upaya membantu menutup kekurangan keuangan.
Kenaikan pajak penjualan diumumkan PM Abe di Tokyo (01/10).
"Untuk mempertahankan kepercayaan di Jepang dan mewariskan keamanan sosial berkelanjutan kepada generasi mendatang, saya memutuskan untuk menaikkan tingkat pajak penjualan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dari 5% menjadu 8% mulai 1 April 2014," kata Shinzo Abe.
Dia menambahkan pemerintah akan menyusun paket stimulus US$50.96 miliar bulan Desember mendatang untuk membantu menopang dampak kenaikan pajak penjualan.
Pemerintah perlu menggalang dana guna membayar utang yang sejauh ini tercatat terbesar di antara negara-negara maju. Namun langkah tersebut memunculkan risiko bagi perdana menteri.
"aya yakin bahwa dengan memberlakukan paket ekonomi ini kita bisa menghindari dampak dari kenaikan pajak penjualan sebisa mungkin."
Beberapa analis mengatakan kenaikan pajak berisiko menghambat pemulihan ekonomi Jepang yang sedang berjalan. Perdana menteri menjanjikan langkah-langkah lain guna merangsang pertumbuhan.
"Saya yakin bahwa dengan memberlakukan paket ekonomi ini kita bisa menghindari dampak dari kenaikan pajak penjualan sebisa mungkin," jelas Abe.
Pengumuman pemerintah Jepang hari ini mengakhiri ketidakpastian tentang rencana kenaikan pajak penjualan. Meskipun ditetapkan 8%, pajak penjualan di Jepang tercatat lebih rendah dibanding pajak penjualan di negara-negara kaya lainnya.
Sementara itu Menteri Keuangan Jepang Taro Aso mengatakan paket stimulus, yang akan disusun Desember mendatang, akan diambilkan dari sumber-sumber lain seperti pendapatan pajak tambahan.
Data statistik baru-baru ini menunjukkan bahwa Klik pertumbuhan ekonomi Jepang lebih lambat dari perkiraan para pengamat pada kuartal kedua 2013.
Produk domestik bruto tumbuh 0,6% pada periode April-Juni sehingga mencerminkan pertumbuhan tahunan sebesar 2,6%.