Setelah dirawat intensif bobot badan Melani bertambah tetapi masih tampak lemah dan kurus.
Setahun setelah nasib malang Melani si harimau Sumatera diketahui publik, kondisinya belum menunjukkan tanda kesembuhan sehingga muncul usulan dimatikan untuk mengurangi penderitaan (euthanasia).
Melani, 15, adalah koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang menggegerkan masyarakat saat fotonya dimuat sejumlah media dalam kondisi sangat kurus dan mengenaskan.
Saat ramai diberitakan tahun lalu, hewan ganas ini hanya berbobot 44 kg dari bobot normal yang mestinya minimal 75 kg untuk binatang seumurnya.
"Jenisnya predator, tapi sekarang sama sekali tidak ada garangnya," kata Tonny Sumampow, pemilik Taman Safari Bogor yang sampai 2012 Klik sempat mengambil alihKlik pengelolaan KBS yang bermasalah.
Tonny mengatakan membawa Melani ke Bogor atas perintah Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan karena mamalia ini tak kunjung pulih.
Dengan perawatan intensif dan bahkan infus cairan dan obat, bobot tubuh Melani, menurut Sumampouw, merangkak naik meski kondisinya tetap sakit.
"(Melani) cuma bisa makan daging 1,5 kg, itu pun yang sudah diolah khusus supaya bisa dicerna," kata Tonny.
Seekor predator normal dalam kondisi sehat dapat memangsa buruan hingga 40 kg sekali waktu, tetapi porsi pakan biasa di kebun binatang umumnya 5-6kg sekali makan.
Laboratorium
Warga masyarakat mengajak meneken petisi penyelamatan Melani.
Melani menjadi pusat perhatian setelah Kementerian Kehutanan turun tangan menyelesaikan kemelut dalam manajemen KBS.
Muncul dua kubu yang mengklaim sebagai pengurus kebun binatang itu, sementara hewan koleksinya kurang terurus.
Media terus-menerus Klik memberitakan kasus hewanKlik KBS yang mati sejak 2010 serta Klik dugaan pencurian koleksi hewan lain, hingga menarik perhatian sejumlah media massa asing dari AS, Inggris, Jerman dan Australia.
Di laman internet, setidaknya terdapat tujuh ajakan meneken petisi untuk menyelamatkan hewan KBS yang diinisiasi oleh warga Australia, AS dan Indonesia.
Sumampow menyebut dalam tempo sembilan bulan sudah 130 ekor binatang setempat mati termasuk Klik jerapah yang 'menelan plastikKlik seberat 20 kg' dalam lambungnya.
Ia menunjuk persoalan pemeliharaan dan pakan yang jadi penyebab nasib malang hewan-hewan liar itu.
Kandang tidur yang pengap tanpa sinar matahari, kumuh serta kualitas daging yang asal-asalan disebut Sumampouw sebagai contoh.
"Sebetulnya sih enggak sakit dia, cuma ada gangguan enzim saja."
Tetapi pemindahan serta usulan melakukan euthanasia ditentang pengurus KBS baru yang Juli lalu diangkat Pemerintah Kota Surabaya, pemilik KBS.
"Sebetulnya sih enggak sakit dia, cuma ada gangguan enzim saja," kata Liang Kaspe, dokter hewan yang kini ditunjuk sebagai salah satu pengurus KBS.
Liang sudah bertugas ketika Melani lahir tahun 1998 di KBS. Ia mengakui Melani mendapat 'pola makan yang salah' sehingga menderita penyakitnya saat ini.
"Mestinya porsi daging merah lebih banyak dari daging putih, ini sebaliknya."
Liang juga menunjuk fakta alam harimau yang hanya berumur rata-rata 15 tahun. Menurutnya, justru KBS harus mendapat apresiasi karena mampu memelihara macan Sumatera itu selama ini.
Sumampouw membantah. Ia menyebut dalam kondisi liar harimau rata-rata hidup hingga 15 tahun tetapi dalam pemeliharaan mereka bisa bertahan lebih dari 20 tahun.
"Apa pernah beliau melakukan cek laboratorium? Kami yang temukan bukti pakannya mengandung formalin, dua kali," tukas Sumampow.
Belum menyerah
Di situs mikroblog Twitter sejumlah pengguna rupanya salah memahami sebuah artikel yang menulis usulan euthanasia untuk Melani dan menduga binatang malang itu sudah dimatikan.
Pemilik akun @BuzzyBas menumpahkan kekesalannya dengan menulis "Sialan kalian manusia" dalam bahasa Inggris, sementara @agrairatuiwed menulis "satu mati, ribuan lainnya harus diperjuangkan" juga dalam bahasa Inggris.
"Kita belum menyerah, tapi tolong jangan salahkan kami kalau nanti akhirnya hewan ini tidak tertolong lagi."
Petisi untuk mengubah kondisi di KBS antara lain ditujukan kepada DPRD Surabaya, Menteri Kehutanan, bahkan seorang warga Australia memulai petisi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar KBS ditutup saja.
Sumampow mengatakan sampai saat ini Melani masih hidup dan mendapat pengawasan 24 jam di Cisarua.
"Kita khawatir kondisinya menurun tidak bisa makan, jadi kalau perlu ya diinfus," terangnya.
Usulan euthanasia, yang secara umum dilarang dalam UU perlindungan hewan liar di Indonesia, menurut Sumampow, disampaikan melihat kondisi Melani yang belum membaik.
"Kita belum menyerah, tapi tolong jangan salahkan kami kalau nanti akhirnya hewan ini tidak tertolong lagi."