John Kerry mengatakan hasil tes terhadap contoh darah dan rambut korban menunjukan hasil positif penggunaan gas sarin.
Pemerintah AS menyatakan memiliki bukti penggunaan gas sarin oleh Suriah dalam serangan yang terjadi bulan lalu di bagian timur Damaskus .
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan contoh rambut dan darah yang dikumpulkan setelah serangan tersebut menunjukan hasil tes yang positif tanda-tanda penggunaan gas sarin.
"Dalam 24 jam terakhir kami telah mempelajari sejumlah contoh yang diberikan kepada pemerintah AS, saat ini telah dilakukan tes terhadap responden yang ada di bagian timur Damaskus dan contoh rambut serta darah menunjukan hasil tes yang postif mengandung gas sarin," kata Kerry dalam program acara NBC bertajuk Meet The Press hari Minggu (01/09).
"Jadi kasus ini sedang berkembang dan kasus ini akan berkembang."
Dalam keterangan di acara itu terkesan bahwa bukti yang didapat diberikan oleh sumber pemerintah AS dan bukan berasal dari peninjau PBB yang beberapa waktu lau sempat melakukan pemeriksaan di Suriah.
Pemerintah AS sebelumnya mengatakan mereka telah memiliki bukti penggunaan gas sarin dalam serangan lain di Suriah.
Pemerintah AS menyalahkan pemerintah Suriah terhadap serangan yang terjadi pada 21 Agustus.
Presiden Barak Obama telah menyuarakan dilakukannya aksi militer untuk menghukum Suriah namun tetap menginginkan kongres melakukan pemungutan suara terlebih dahulu untuk menyetujui langkah tersebut.
Seruan agar dunia internasional mengambil langkah keras terhadap Suriah juga datang dari Liga Arab.
"Contoh rambut serta darah menunjukan hasil tes yang postif mengandung gas sarin"
Menteri Luar Negeri dari negara-negara Liga Arab dalam pertemuan di Kairo, Mesir meminta agar komunitas internasional mengambil sikap keras terhadap Suriah.
Dalam pernyataan itu juga terdapat seruan agar mereka yang bertanggung jawab dalam serangan itu diadili dalam pengadilan perang.
Pemerintah Suriah mengatakan tidak takut dengan serangan dari AS, mereka telah siap menghadapi aksi serangan dari pihak manapun.
Suriah juga telah menyangkal tuduhan sejumlah negara dan menuding pihak pemberontaklah yang melakukan serangan dengan senjata kimia.
Serangan terbesar dan mematikan terakhir terjadi pada 21 Agustus di sebelah timur Damaskus.
Pemerintah AS memperkirakan ada 1400 orang yang tewas akibat serangan tersebut.