Pages

Sabtu, 19 Oktober 2013

BBCIndonesia.com | Berita
// via fulltextrssfeed.com 
Pelajar di Prancis memprotes pengusiran teman mereka
Oct 19th 2013, 05:31, by BBC Indonesia

sekolah prancis

Salah satu pintu masuk di sebuah sekolah di Prancis diblokir tong sampah besar.

Sekolah-sekolah di Paris dan kota lain di Prancis kembali terhenti setelah para pelajar menggelar aksi protes menyusul pengusiran dua pelajar asing keluar dari Prancis.

Para pelajar berkumpul di lapangan Bastille di ibukota, Prancis, yang dikenal sebagai kawasan tradisional tempat bertemunya kaum kiri negara itu.

Aksi protes ini kemudian berakhir ricuh saat para pendemo bertikai dengan polisi anti huru-hara.

Polisi menembakkan gas air mata ke sejumlah pendemo di Paris tetapi aksi di kawasan Nation-Bastille masih terlihat aman.

Dalam aksi ini para pelajar juga memblokir sebagian pintu masuk sekitar 20 sekolah menengah di Paris, demikian pernyataan serikat pelajar Fidl.

Di salah satu sekolah di pusat kota Paris, the Lycee Charlemagne, tong sampah besar digunakan untuk memblokir pintu masuk.

Salah seorang pendemo bernama David kepada Reuters mengatakan: "Kita sedikit tersesat, kita mengatakan negara kita adalah negara yang menghormati hak asasi manusia, sebuah negara yang menyambut orang, tetapi kita masih mengusir anak perempuan berusia 15 tahun dan pelajar berusia 19 tahun ke sebuah negara... yang mereka tidak tahu dan tidak ada masa depan."

pelajar prancis

Sempat terjadi kericuhan antara pelajar dan polisi, meski secara keseluruhan aksi berjalan damai.

Sejumlah aksi protes lainnya berlangsung di kota lainnya seperti Marseille, Lyon dan Rouen.

Isu pengusiran mengemuka setelah ayah seorang siswi sekolah asal Roma diketahui berbohong terkait klaim pencari suakanya.

Sang ayah diketahui mengaku berasal dari Kosovo guna mendapatkan suaka, padahal berasal dari Italia.

Tetapi, kemarahan di Prancis berfokus pada cara pengusiran Leonarda Dibrani, 15, dari sebuah bus sekolah saat mengikuti kegiatan luar sekolah.

Bersama keluarganya dia sebelumnya telah tinggal di kawasan timur Doubs selama beberapa tahun.

Kemarahan pelajar juga dipicu oleh pemulangan Khatchik Kachatryan, seorang pelajar berusia 19 tahun di Paris yang diusir kembali ke Armenia setelah ditangkap karena mencuri di toko, insiden penangkapan ini mengungkap fakta bahwa dia datang ke Prancis secara ilegal.

Leonarda Dibrani mengatakan ingin kembali ke Prancis untuk melanjutkan pendidikan.

Isu ini juga menyebabkan perpecahan di pemerintahan Sosialis yang tengah berkuasa saat ini.

Di saat Presiden Francois Hollande belum mengeluarkan pernyataan, rekannya, Valerie Trierweiler, mengungkapkan penyesalan dan mempertanyakan tindakan yang dialami siswi tersebut.

Para pendemo kemudian meminta Menteri Dalam Negeri Manuel Valls yang membela kebijakan keras otoritas imigrasi untuk mundur.

Menteri Manuel Valls dilaporkan telah mempercepat kunjungan di Martinique, Kepulauan Karibia dan Guadeloupe untuk kembali ke Pariis guna menghadapi pertanyaan terkait penanganan isu ini.

Perdana Menteri Jean-Marc Ayrault mengatakan keluarga tersebut bisa diijinkan kembali jika "ada kesalahan ditemukan" atas perintah pengusiran.

Menteri Pendidikan Vincent Peillon kepada radio Prancis mengatakan adalah salah bagi otoritas untuk menangkap seorang anak perempuan saat dia tengah dalam perjalanan.

"Yang utama adalah saat seseorang tengah melakukan kegiatan kelas di luar sekolah, dan itu adalah kasusnya, anda masih masuk dalam lingkungan kehidupan sekolah... maka anda tidak bisa mengintervensi pada saat itu," katanya. "Ini berarti sekolah adalah semacam suaka."

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions