Tiap tahun sekitar 180 ribu siswa di Afsel hamil saat belajar di sekolah.
Persoalan kehamilan remaja pada siswi sekolah masih menjadi masalah besar di Afrika Selatan meski menurut keputusan Mahkamah Konstitusi baru-baru ini sekolah tak boleh mengeluarkan murid karena tengah mengandung.
Menurut wartawan BBC di Afrika Selatan Pumza Fihlani, tiap tahun ada sekitar 180.000 kasus murid hamil saat sedang menjalani masa sekolah di negara itu.
Karena sekolah sering kali kewalahan menghadapi kasus kehamilan dini ini, maka siswi yang mengandung biasanya kemudian dikeluarkan.
"Guru dihadapkan pada persoalan di mana si murid kemudian dicap [buruk] oleh murid lainnya, si korban kemudian tersisih secara emosional dan guru jadi punya beban tambahan menjadi perawat, pekerja sosial," kata Mugwena Maluleke, juru bicara Serikat Guru Demokratik Afsel.
Beban ini diklaim sebagai tekanan tambahan bagi guru yang sudah disibukkan dengan berbagai urusan lain.
Sementara menurut pengakuan murid, guru sendiri kadang kala turut menjadi pelaku yang memojokkan murid yang ketahuan hamil.
"Anda jadi tersisih. Kadang kala dicap sebagai perempuan gampangan dan diejek semua orang," kata seorang murid perempuan yang mengaku punya teman yang hamil saat berusia 17 tahun. Ia sendiri menolak menyebut namanya.
Risiko lain kehamilan remaja adalah tingkat kematian yang tinggi.
Dokter menyebut tingkat kematian saat melahirkan mencapai 36% persen, padahal mereka cuma 8% bagian dari keseluruhan kelahiran di Afsel tiap tahun menurut data Dewan Riset Sains Kemanusiaan Afsel.
"Tulang panggul belum kuat dan seringkali mereka kesulitan melahirkan secara normal karena selangkangan yang terlalu kecil"
"Tulang panggul belum kuat dan seringkali mereka kesulitan melahirkan secara normal karena selangkangan yang terlalu kecil," kata Jay-Anne Devjee, Kepala Unit Kebidanan dan Kandungan di RS King Dinuzulu, Durban.
"Kami sering terpaksa menempuh prosedur bedah Caesarean, meski pun akan mendorong risiko perdarahan dan membahayakan nyawa."
Di sebuah sekolah setingkat SMA di luar kota Durban, SMA Intshisekelo, lebih dari 20 siswi hamil bersamaan pada semester pertama dalam tahun ini, kata pejabat setempat.
Seorang guru setempat mengutip kehamilan sebagai salah satu sebab utama di luar kemiskinan, mengapa hanya sekitar separuh siswa yang menamatkan pendidikan mereka di sana.
Tekanan untuk tetap bersekolah sementara punya bayi sangat besar sehingga banyak siswi yang melahirkan kemudian tak kembali ke bangku sekolah meskipun hal itu dimungkinkan.
Banyak diantara murid perempuan ini yang juga mengakui berbadan dua karena melakukan tindak seksual tanpa perlindungan dan bahkan dengan lawan jenis yang berganti-ganti.
Menurut aparat setempat "tindak seksual sembarangan" in turut mengancam kampanye melawan penyebaran AIDS.