Putin mengatakan rincian pendanaan masih harus dibicarakan.
Para pemimpin dari negara Brics - Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan - mengatakan mereka akan menyiapkan dana US$100 miliar (Rp1.110 triliun) untuk menjaga perekonomiannya menghadapi 'gejolak' finansial.
Langkah ini dibuat seiring terpuruknya ekonomi negara-negara berkembang, Klik termasuk Indonesia, karena adanya spekulasi bahwa Amerika Serikat mungkin akan mengurangi program stimulusnya segera.
Rencana itu membuat investor menarik uangnya, mengakibatkan turunnya nilai mata uang beberapa negara berkembang.
Pemimpin Brics mengatakan rincian pendanaan tersebut masih harus dibicarakan.
"Inisiatif untuk membuat sebuah 'kolam' cadangan untuk mata uang negara-negara Brics sudah dalam tahap final," kata Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pertemuan G20 di St Petersburg.
"Jumlahnya telah disepakati sebesar US$100bn," tambahnya.
Mata uang negara-negara Brics melemah karena isu penghentian stimulus AS.
Gubernur Bank Sentral AS, Ben Bernanke, mengatakan pada Mei lalu, bahwa AS mungkin akan menyudahi program pembelian surat utang sebesar US$85 miliar per bulan.
Program itu sebelumnya dibuat untuk meningkatkan likuiditas di pasar setelah krisis finansial global. Sebagian likuiditas itu telah mengalir ke negara-negara berkembang dan membantu kenaikan harga aset di sana.
Namun pernyataan Bernanke dan pulihnya ekonomi AS, telah membuat investor menarik kembali uangnya dari negara-negara tersebut. Ini mengakibatkan pembelian dolar yang dalam jumlah besar sebagai antisipasi keuntungan yang lebih tinggi.
Hasilnya, pasar saham dan nilai mata uang di beberapa negara berkembang terguncang sehingga dikhawatirkan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
Klik Rupe India telah melemah 24% terhadap dolar, begitu juga rand di Afrika Selatan turun 17%, real Brasil melemah 15% dan rouble Rusia turun 8% sejak Mei.
Langkah untuk menggalang dana ini dibuat oleh Brics sebagai antisipasi untuk menahan potensi gejolak mata uang mereka.
Cina akan berkontribusi sekitar US$41 miliar, selebihnya Brazil, India dan Russia memberi masing-masing US$18 miliar dan Afrika Selatan sebesar US$5 miliar.