Created on Friday, 02 August 2013 15:40 Published Date
Jakarta, GATRAnews - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menilai defisit neraca perdagangan pada Juni 2013 dinilai merupakan akibat dari kendala struktural yang tidak pernah usai. Penyebabnya adalah minimnya diversifikasi ekspor serta defisit migas yang terus meninggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia hingga Juni 2013 masih mengalami defisit US$846,6 juta. "Saya lihat ini masalah struktural ekspor belum kunjung membaik, belum adanya negara alternatif yang dapat dijadikan sasaran ekspor, belum lagi kebutuhan migas terus meninggi," kata Gita, Jumat (2/8).
Seperti diketahui, ekspor masih didominasi negara tertentu saja seperti Jepang, Cina, Singapura dengan nilai US$14,1 miliar, US$10,8 miliar dan US$8,4 miliar. Dan sisanya diikuti dengan AS, India, Korea selatan, Malaysia.
Sedangkan, negara yang dominan memberikan kontribusi ekspor kepada Indonesia seperti Jepang justru mengalami penurunan nilai ekspor sebesar 19% dibanding bulan sebelumnya akibat pelemahan pertumbuhan ekonomi dalam negerinya.
"Masalah pertama adalah diversifikasi ekpor masih lemah akibat globalnya masih lemah, di beberapa negara seperti Brasil, Thailand dan Hongkong juga terjadi defisit dengan mencapai US$3,1 miliar, US$17,3 miliar dan US$39,5 miliar," ungkap Gita.
Selain itu, lanjut dia, masalah kedua adalah masalah defisit migas. Defisit neraca perdagangan terdiri dari defisit perdagangan migas sebesar US$772,6 juta dan defisit non migas sebanyak US$74 juta.
Secara kumulatif, neraca perdagangan periode Januari-Juni 2013 sebesar US$3,31 miliar. Untuk ekspor mencapai US$91,05 miliar dan impor masih sebesar US$94,36 miliar. "Ini kan kelihatan karena surplus non migas tidak mampu imbangi defisit migas, belum lagi kebutuhan investor, di Indonesia untuk mengonsumsi migas semakin meninggi," ujarnya.
Gita menuturkan, untuk mengatasi ini, maka impor barang modal dapat ditekan melalui investasi. "Sehingga diharapkan beban impor tidak akan bertambah dan menaikkan surplus non migas sehingga mampu menciptakan surplus bagi neraca perdagangan Indonesia," tuturnya. (*/DKu)
Berita Lainnya :