Intelijen polisi dinilai lemah menganalisa kejahatan penembakan.
Seorang pengamat menilai kepolisian lemah dalam mengendus ancaman terhadap anggota mereka sendiri menyusul insiden penembakan ke sejumlah anggota dalam satu bulan terakhir.
Insiden terbaru berlangsung di kediaman seorang perwira Polda Metro Jaya yang ditembaki orang tak dikenal hari Selasa (13/08) di Tangerang.
Tak ada korban jiwa dalam insiden ini.
Tetapi sebelumnya dua orang anggota kepolisian tewas ditembak oleh orang tidak dikenal dari jarak dekat dalam jangka waktu yang tidak lama.
Juru bicara Mabes Polri Brigjen Ronny Sompie mengatakan pihaknya masih menyelidiki keterkaitan tiga insiden penembakan tersebut.
Menurut Sompi ada sejumlah kemungkinan motif.
"Sementara ini kita masih mempertajam hasil penyidikan karena jejak yang mereka tinggalkan dari serangan tersebut, itu yang kita simpulkan apakah sesuai dengan serangan itu atau ada unsur lain yang menunggangi (misalnya) dari pihak teroris," kata Ronny.
Insiden penembakan terhadap anggota polri ini menurut pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar sebagi bentuk dari kelemahan intelijen kepolisian dalam mengendus ancaman serangan yang ditargetkan ke anggotanya.
"Kepolisian saya lihat lemah, dalam arti kalau mereka sasaran crime (kejahatan) artinya akar masalah crime itu apa, di analisis oleh intelijen agar mereka tahu," kata Bambang.
"Analisisnya lemah saya lihat, kasihan juga polisi dikerjain, daya pengaman mereka juga tidak ada, sendiri-sendiri dan tidak sistemik," tambahnya.
Hingga saat ini, polisi belum berhasil mengungkap pelaku penembakan terhadap anggota mereka.
Selain di wilayah Polda Metro Jaya, teror penembakan orang tak dikenal juga berlangsung di sejumlah daerah lainnya seperti Solo dan Poso.
Untuk mencegah insiden serupa, kepolisian akan segera menggelar razia senjata api.
