Pages

Selasa, 09 Juli 2013

Changes are afoot at Blogtrottr!
By popular request, we're bringing in paid plans with some cool new features (and more on the way). You can read all about it in our blog post.
BBCIndonesia.com | Berita
// via fulltextrssfeed.com
Survei: Korupsi di dunia semakin buruk
Jul 9th 2013, 06:18, by BBC Indonesia

korupsi

Brasil menjadi salah satu pemicu unjuk rasa Brasil

Satu dari dua orang berpikir bahwa korupsi memburuk dalam dua tahun terakhir, menurut jajak pendapat publik yang dilakukan Transparency International.

Barometer Korupsi Global tahunan mereka menemukan 27% responden mengatakan membayar suap ketika mengakses layanan dan institusi publik tahun lalu.

Survei itu dilakukan di lebih dari 100 negara. Mungkin ini saatnya untuk menantang persepsi kita tentang korupsi, seperti ditulis wartawan BBC Tim Franks.

Bukti-bukti yang ditemukan mengindikasikan adanya pandemi global, penyakit yang menyebabkan infeksi, karat dan pembusukan.

Sebagian besar orang tampaknya berpikir hal itu menjadi semakin buruk dan reaksi orang biasanya hanya sekedar mengangkat bahu karena berpikir bahwa itu adalah masalah orang lain.

Ini adalah korupsi.

Korupsi adalah sebuah tindakan, fakta kehidupan yang kebanyakan terjadi dalam kegelapan. Ada pihak-pihak yang berusaha membuka tirai tersebut, diantaranya kelompok aktivis yang berbasis di Berlin, Transparency International.

Survei terakhir mereka tentang korupsi meliputi 107 negara dan 114.000 orang. Dan sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa korupsi semakin parah dalam dua tahun terakhir.

Temuan kunci Barometer Korupsi Global 2013

info
  • Lebih dari separuh responden percaya korupsi semakin buruk dalam dua tahun terakhir
  • Tahun lalu, 27% responden mengatakan membayar suap saat mengakses layanan dan institusi publik
  • 9 dari 10 responden mengatakan akan bertindak melawan korupsi
  • 2/3 responden mengatakan menolak permintaan suap
  • Di 51 negara partai politik dianggap sebagai institusi publik yang terkorup

Korupsi parpol

Ada pula tren yang membuat depresi dan bisa ditebak. Anda cenderung membayar suap di negara miskin dibandingkan di negara kaya. Di satu dari tiga negara, suap terbanyak diterima oleh polisi. Di satu dari lima, institusi peradilan. Secara keseluruhan, satu dari empat orang di jajak pendapat mengaku mereka pernah melakukan suap.

Korupsi bukan hanya tentang menyelipkan uang ke tangan pejabat. Partai politik, "mesin pendorong demokrasi," demikian TI menyebutnya, dianggap sebagai institusi publik terkorup.

Hal itu dikarenakan korupsi bukan cuma tentang suap. Hampir dua dari tiga orang mengatakan mereka percaya hubungan pribadi adalah apa yang membantu urusan di sektor publik lancar, satu dari dua orang mengatakan pemerintah mereka dijalankan oleh kelompok-kelompok dengan kepentingan tertentu.

Dan aroma korupsi tidak hanya menggantung di sekitar demokrasi atau ekonomi. Satu kalimat di Boston Globe dua bulan lalu cukup mengagetkan, anggota Demokrat yang baru terpilih di DPR AS diperintahkan oleh partai mereka untuk "mendedikasikan sedikitnya empat jam sehari untuk mengumpulkan uang."

Anda bisa saja berargumen bahwa itu bukan korupsi. Ini adalah perangkap terbuka. Ada peraturan yang melarang praktek quid pro quo. Tetapi survei TI menemukan bahwa masyarakat AS, dan juga Inggris, percaya bahwa korupsi semakin merajalela.

Dan di Inggris, media dianggap sebagai sektor terpenting dari kehidupan publik. Mereka berada nomor dua setelah partai politik.

korupsi

Pahatan ini menggambarkan politisi Inggris Lord Danby memberi suap pada anggota parlemen

'Kain sosial'

Ada pula beberapa hal yang menyejukkan. Rakyat di Azerbaijan, Kamboja, Georgia, Sudan dan Sudan Selatan melaporkan bahwa korupsi menurun dalam dua tahun terakhir.

TI menyatakan bahwa jika korupsi ingin diberantas, "pemerintah harus membuat mekanisme akuntabilitas" dan "orang harus menolak membayar suap, kapan saja diminta dan dimana saja."

Orang lain boleh saja berargumen bahwa di balik figur politisi kotor, wartawan dengan kredibilitas diragukan dan polisi yang tidak taat aturan, korupsi lebih abstrak dan lebih luas.

Ahli filosofi Harvard, Michael Sandel, menggambarkan korupsi sebagai "kain sosial" ketika ia menulis tentang narapidana yang harus membayar untuk sel yang lebih baik, atau pasien membayar agar tidak perlu antre di rumah sakit publik atau sekolah membayar murid uang saku untuk membaca buku.

"Suap masih banyak terjadi di seluruh dunia, tetapi publik percaya mereka punya kekuatan untuk menghentikan korupsi dan jumlah orang yang bersedia memberantas penyalahgunaan kekuasaan, transaksi rahasia dan suap sangat signifikan "

Huguette Labelle, kepala Transparency International

Mungkin, masyarakat harus mengubah konsep yang ada di benak kita tentang tempat, situasi dan moral bahkan bahasa korupsi.

Hal itu bukan sesuatu yang dilakukan orang lain atau itu bukan sesuatu yang dilakukan semua orang bahwa "ini bukan suap tapi ongkos," ketika anda membayar atau menerima.

Lebih dari 200 tahun silam, pemikir politik Edmund Burke memperingatkan bahwa "kebebasan tidak akan terwujud pada masyarakat yang korup." Jika hal itu benar, maka korupsi layak mendapat reaksi serius lebih dari sekedar mengangkat bahu.

BBC akan mempublikasikan laporan dan artikel khusus pekan ini yang mengupas mengapa suap menjadi bagian sistem di banyak negara di dunia, termasuk laporan tentang negara-negara yang berusaha memberantas korupsi dan menjelaskan bagaimana korupsi bekerja.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions