Created on Wednesday, 24 July 2013 05:00 Published Date
Jakarta, GATRAnews - Publik akan menanggapi negatif setiap pernyataan politik di media sosial, seperti Twitter dan Facebook yang dilontarkan politisi. "Saat saya twit (memposting pesan pendek di akun Twitter, Red.) politik, maka direspon caci maki dan saya tidak tahu penyebabnya," kata Pramono, menanggapi hasil survei Indikator, di Hotel Kempinsky, Jakarta Pusat, Selasa petang (23/7).
Menurutnya, hasil survei dan temuan Indikator, yakni tingginya ketidakpercayaan publik terhadap DPR, partai politik, dan politisi merupakan hal yang tak bisa dimungkiri. "Apa yang ditemukan oleh Indikator, bagi saya memperkuat apa yang saya rasakan sehari-hari," ungkap Pramono.
Hal tersebut terbukti saat dirinya melontarkan kicauan (pesan lewat Twitter) tentang sepak bola dan basket yang direspon publik sangat datar. Tapi saat ia melontarkan kicauan tentang politik, seperti DPR sahkan 2 UU, publik langsung meresponnya dengan caci maki. "Jadi tone-nya menjadi negatif."
Menurutnya, persepsi publik terhadap DPR sudah sedemikian parah dan media membantu hal tersebut. Selain itu, berita baik tentang DPR tidak menarik bagi media dan publik.
"Tapi saat Rendy atau salah seorang anggota DPR tertidur misalnya, itu jadi berita menarik di publik," pungkasnya.
Berdasarkan survei Indikator yang dirilis Selasa petang, kepercayaan publik terhadap DPR lebih rendah dari presiden dan menteri. Dari 2.290 responden, hanya 41% yang mempercayai DPR sebagai institusi politik. Sedangkan kepercayaan publik terhadap presiden dan menteri masing-masing sebesar 68% dan 54%.
Meski demikian, kepercayaan publik terhadap DPR masih unggul dari kepercayaan publik terhadap partai politik (Parpol) dan politisi. Pasalnya, dua lembaga ini hanya mendapat kepercayaan publik masing-masing sebesar 31% dan 30%. (IS)
Berita Lainnya :
