Pages

Kamis, 18 Juli 2013

GATRANEWS - KLIK GATRA BARU BICARA
GATRANEWS, Berita Politik dalam dan Luar Negeri // via fulltextrssfeed.com
Kartel Komoditas Strategis Mencapai Rp 11,34 Triliun
Jul 17th 2013, 05:36

Created on Wednesday, 17 July 2013 12:36 Published Date

Jakarta, GATRAnews - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta Menteri Koordinator Perekonoimian Hatta Rajasa untuk merombak tata niaga impor pangan nasional, karena adanya ketidakseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply), sehingga rentan dengan spekulasi dan kartel.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog, Natsir Mansyur, mengatakan bahwa selama ini pangan nasional tidak seimbang karena permintaannya banyak, sedangkan penawarannya kurang. Berdasarkan catatan Kadin, potensi kartel dari enam komoditas strategis, meliputi daging sapi, daging ayam, gula, kedelai, jagung, dan beras, yang nilainya mencapai Rp 11,34 triliun.

"Nilai potensi kartel ini belum termasuk dengan komoditas lainnya yang juga berpengaruh pada tata niaga pangan," ujar Natsir, dalam siaran pers yang diterima GATRAnews, di Jakarta, Rabu (17/7).

Menurut Natsir, bila dirinci, perkiraan kebutuhan konsumsi nasional dengan nilai potensi kartel, kebutuhan daging sapi yang mencapai 340 ribu ton nilai kartelnya diperkirakan mencapai Rp 340 miliar, daging ayam 1,4 juta ton mencapai Rp 1,4 triliun, gula 4,6 juta ton mencapai Rp 4,6 triliun, kedelai 1,6 juta ton mencapai Rp 1,6 triliun,  jagung 2,2 juta ton mencapai Rp 2,2 triliun dan beras impor 1,2 juta ton kartelnya diperkirakan mencapai Rp 1,2 triliun.

Natsir menjelaskan, gambaran seperti itu diakibatkan karena penataan managemen pangan nasional yang sangat lemah dari aspek produksi, distribusi dan perdagangannya. Pengelolaan kebijakan pangan oleh pemerintah dinilai masih sangat sentralistik dimana Kemendag, Kementan dan Kemenperin tidak ikhlas menyerahkan kebijakan tata niaga pangan ke pemerintah daerah yang sebenarnya lebih tahu akan kebutuhan daerahnya.

"Kontrol DPR terhadap pangan ini juga lemah, sehingga perlu DPR memberikan sanksi kepada Kementrian yang tidak dapat menjaga kenaikan pangan yang berdampak ke rakyat. Sanksinya bisa berupa pengurangan anggaran di Kementrian itu," kata Natsir.

Selain itu, kata dia, tidak adanya logistik pangan ikut menyebabkan persoalan pangan nasional sehingga setiap kebijakan yang dikeluarkan Kemendag dan Kementan cenderung  spekulatif dan pada gilirannya data pangan tidak bisa tepat dan akurat.

"Jadi wajar kalau presiden kita marah terhadap Kemendag dan Kementan karena tidak mampu mengatur pangan nasional yang juga kerap kali terjadi kelangkaan," ungkap Natsir, yang merupakan Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (Apegti).

Pihaknya berharap agar Menko Perekonomian bisa merombak tata niaga pangan ke arah yang tepat, terutama komoditas pangan yang strategis seperti gula konsumsi/rafinasi yang perlu dibuka pabrik-pabrik baru, kedelai,  jagung, daging sapi, ayam, hingga bawang putih. (*/DKu)

Berita Lainnya :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions