Psikolog Seks Zoya Amirin menyayangkan fenomena seks pra-nikah di kalangan mahasiswa karena mereka salah memaknai kebebasan. (Foto: Feri U/Okezone) JAKARTA - Pendidikan seks yang biasa kita ketahui hanya diberikan kepada anak remaja ketika menginjak usia SMA. Itu juga hanya diberikan pada mata pelajaran (mapel) Biologi pada program studi (prodi) IPA.
Menurut Psikolog Seks Zoya Dianaesthika Amirin, pendidikan seks untuk anak muda sebenarnya dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, pendidikan seks bagi remaja awal untuk anak SMP; kedua, pendidikan seks bagi remaja pertengahan untuk anak SMA; dan ketiga, pendidikan seks bagi remaja akhir untuk anak kuliah.
"Pendidikan seks bagi mahasiswa masih penting. Sebab, berdasarkan penelitian yang terakhir kami lakukan di Universitas Indonesia (UI), banyak mahasiswa pertama kali melakukan hubungan seks, terutama di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, adalah 19 tahun," ujar Zoya saat berkunjung ke Redaksi Okezone, belum lama ini.
Jika dibandingkan dengan siswa SMP dan SMA, mahasiswa memang sudah lebih dewasa. Tetapi, fakta bahwa banyak mahasiswa melakukan hubungan seks pertama kali pada usia 19 tahun menunjukkan bahwa kebebasan memasuki usia kuliah banyak disikapi dengan melakukan hubungan seks pra-nikah.
"Artinya, mereka melakukan hubungan seks yang berisiko. Jadi, bahayanya kebebasan yang sudah mereka peroleh yang harusnya bisa membuat mereka punya keputusan yang lebih baik, justru membuat mereka mengambil keputusan yang lebih buruk," ucapnya.
Zoya menuturkan, pendidikan seks bagi mahasiswa lebih ditekankan pada membangun kesadaran tentang hubungan seks. Bahwa sekali melakukan hubungan seks akan berisiko terkena infeksi seksual.
"Jadi, mahasiswa mesti paham bahwa seks itu enak. Artinya, karena enak, akan ada kecenderungan adiksi (ketagihan) namun sebenarnya berisiko," ungkapnya. (rfa)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.