Liputan6.com, Kairo - Mantan Panglima Militer pengkudeta Presiden Mohammed Morsi, Abdel Fattah al-Sisi dinyatakan menang telak dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 di Mesir.
Berdasarkan hasil hitung cepat, otoritas setempat menyatakan al-Sisi meraih suara lebih dari 93 persen. Sedangkan rivalnya, politisi sayap kiri, Hamdeen Sabahi hanya meraih 3,8 persen suara.
"3,7 persen suara tidak sah," demikian yang diumumkan pihak berwenang di Mesir, seperti dimuat dari Reuters, Jumat (30/5/2014).
Pendukung al-Sisi mulai berpawai "kemenangan" di jalan-jalan di Kota Kairo. Yel-yel "al-Sisi presiden baru" pun berkumandang diiringi suara klakson mobil bersahut-sahutan mirip pesta arakan pengantin baru khas Mesir di jalanan.
"Ayo mari kita berpesta merayakan kemenangan Presiden al Sisi," begitu tulisan yang menghiasi kendaraan yang arak pendukung mantan Menteri Pertahanan itu.
Kontras dengan pendukung al-Sisi yang mengusungnya sebagai "Pahlawan", Ikhwanul Muslimin pendukung Morsi justru menganggap al-Sisi sebagai "penjahat politik".
Morsi dilengserkan pada 3 Juli 2013 setelah demo besar 30 Juni 2013 yang didalangi oposisi dukung tentara. Sejak itu, bintang Jenderal al-Sisi terus bersinar di ufuk Mesir dan menjadi idola baru masyarakat pasca penumbangan Morsi.
Meski al-Sisi menang telak, namun jumlah golongan putih meningkat tajam. Jumlah warga yang yang menggunakan hak suaranya menurun drastis, yakni hanya 44,4 persen dari total 54 juta pemilih yang terdaftar. Jauh dari jumlah sebelumnya sewaktu Morsi menang Pemilu 2012.
Selain, masih banyak rakyat yang meragukan kemampuan al-Sisi menjadi presiden. Sebab banyak pekerjaan rumah (PR) berat yang harus ia selesaikan, seperti memulihkan ekonomi negara, mengentas angka kemiskinan dan pengangguran.
(Rizki Gunawan) ;
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.