SURABAYA - Dua kali sudah Jusuf Kalla membelot dari garis partai. Hal itu bakal berdampak buruk bagi citra Partai Golkar kedepan.
Sebagaimana diketahui, pada Pilpres 2004 pria kelahiran Bone itu memilih mendampingi SBY dan berhadap-hadapan dengan Wiranto-Salahuddin Wahid yang diusung oleh Partai Golkar. Kali ini, JK memilih mendampingi Joko Widodo sementara partainya memilih mendukung pasangan Prabowo-Hatta.
Pengamat Politik Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang Juwita Hayyuning Prastiwi mengatakan kondisi ini sepertinya ada masalah di internal partai berlambang pohon beringin itu.
"Ini sepertinya ada persoalan dalam pengambilan keputusan di internal Golkar. Aburizal Bakrie tak efektif dalam memimpin partai ini. Dari sisi positif, apa yang dilakukan JK bisa saja menunjukkan adanya demokrasi di Golkar. Tapi bisa saja ini strategi Golkar agar tetap bisa hidup kelak siapapun yang jadi presiden. Tapi jika dilihat dari sisi negatif, kedisiplinan partai itu buruk," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unibraw dalam sebuah diskusi di Surabaya, Rabu (21/5/2014).
Pengamat Politik Universitas Negeri Jember (Unej) Maulana Surya Kusuma menganggap manuver yang dilakukan JK ini mencerminkan karakter partai yang berjaya di masa orde baru itu. Menurutnya, partai Golkar bukanlah partai besar yang solid. Di dalamnya terdapat banyak faksi.
"Ada banyak faksi di sana. Sejarahnya kan memang Golkar dibentuk oleh sejumlah faksi dalam satu sekretariat bersama. Saat Soeharto jatuh, Golkar pun pecah menjadi partai-partai baru," katanya.
Sejak dulu, JK memang tidak berani dan tidak mau melepas baju Golkar. Meskipun ia sadar punya massa dan menjadi bagian dari faksi Golkar. "JK tak mau melepas partai ini, karena untuk membangun partai baru seperti yang dilakukan Surya Paloh saat keluar Golkar, terlalu besar cost-nya dan butuh energi besar," kata Maulana.
Secara struktural partai, Golkar solid menaati apa kata Abu Rizal Bakrie sebagai ketua umum, yakni mendukung pasangan Prabowo-Hatta di pilpres mendatang. Sedangkan, yang mendukung pasangan Jokowi-JK hanyalah personal-personal tertentu. "Tapi tidak akan bisa menggunakan struktur partai itu mengalihkan dukungan itu dari Prabowo," pungkasnya.
(ful)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.