Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama beserta finalis SIC 2014 dan Rektor Surya University Yohanes Surya. (Foto: Margaret P/Okezone) JAKARTA - Ide dan inovasi kawula muda Indonesia tidak kalah dengan pihak asing. Sayang, banyak ide cemerlang itu yang akhirnya tidak bisa diimplementasikan karena kebobrokan sistem.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berpendapat, politik justru mematikan kreativitas. Politisi, lanjut Ahok -begitu panggilan akrabnya, dengan bebas menafsirkan peraturan sesuai dengan kepentingan pribadi.
"Ide jadi mati karena kekonyolan politik. Orang-orang yang menafsirkan Undang-Undang dengan seenaknya. Kreativitas dikalahkan keculasan. Ini penting untuk mehasiswa ketahui," ujar Ahok saat memberikan sambutan dalam babak final Social Innovation Competition (SIC) di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat (9/5/2014).
Oleh karena itu, kata Ahok, mahasiswa harus memahami arti kreativitas dengan benar. Sebab, kreativitas bisa disalahgunakan dalam arti negatif, yakni mengelabui konstitusi demi mencapai tujuan yang diinginkan.
"Pendiri bangsa bisa menciptakan dasar negara itu kreatifnya luar biasa. Kita punya sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup untuk bisa bersaing secara global. Asal kreativitas itu tetap taat konstitusi dan kebenaran sekalipun dirugikan. Bukan mencari-cari kesalahan untuk meraih tujuan yang diingingkan," tuturnya.
Apalagi, lanjutnya, Indonesia akan menerima bonus demografi pada 2025. Jika kreativitas tadi dimaknai dengan benar maka kondisi tersebut akan menjadi bonus demografi. Tapi jika dimaknai berbeda, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana demografi.
"2015 sudah AFTA dan 2025 kita masuk bonus demografi di mana angkatan kerja banyak. Pada 2045, kita akan mengalami Indonesia emas. Kreativitas yang digunakan secara tepat akan menghalangi terjadinya bencana demografi," ujar Ahok.
Terakhir, selaku insan kreatif, Ahok mengajak mahasiswa untuk berkontribusi terhadap pemerintah. Caranya, kata Ahok, dengan bergabung di dalam institusi. Sebab, ketika mengeluh tanpa mencoba melakukan sesuatu, kita turut berkontribusi atas kebobrokan dalam pemerintahan itu.
"Mahasiswa suka menyalahkan politisi karena kebobrokannya. Tapi mereka tidak mau menjadi politisi. Dulu saya juga begitu. Kemudian saya sadar, kalau tidak masuk di dalam, setengah dari kebobrokan dalam pemerintahan adalah salah saya. Maka saya putuskan untuk bergabung di dalam pemerintahan," tuturnya. (rfa)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.