Pages

Kamis, 01 Mei 2014

Berita Politik, Hukum, Dunia - Indonesia News Today
Liputan6.com Indonesia News Today, menyajikan kabar berita terkini indonesia dan dunia internasional meliputi berita politik hingga hukum dan kriminal 
2013 Ski and Snowboard gear is on sale now.

Get ready for Spring with new arrivals and wake gear. Shop today.
From our sponsors
Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa Ramadan 28 Juni
May 1st 2014, 14:17, by Nadya Isnaeni Panggabean

Liputan6.com, Jakarta - Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 27 Juni 2014 petang. Pada tanggal itu, hilal atau bulan diprediksi sudah terlihat meski baru setengah derajat.

Sesuai kalender Islam, hari baru dimulai dari maghrib. Maka Muhammadiyah kemungkinan melakukan salat tarawih pertama pada Jumat malam, 27 Juni 2014. Sementara puasa hari pertama dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 2014.

"Menurut metode Muhammadiyah, setengah derajat pun sudah masuk bulan baru. (Ibaratnya) Kalau kepala masuk garis finish saja kan hitungannya sudah finish," kata Ketua Muhammadiyah DKI Jakarta Agus Suradika kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (1/5/2014).

"Namun beberapa pandangan lain memang bilang harus 2 derajat. Karena secara kasat mata, 2-4 derajat, bulan baru terlihat."

Agus menuturkan, penetapan awal Ramahan oleh Muhammadiyah dengan pemerintah kemungkinan akan berbeda. Tergantung dari penetapan Departemen Agama yang biasa melakukan pengamatan hilal pada tanggal 28.

"Tergantung tanggal 28, bisa sama. Tapi kalau bulan belum terlihat, maka bisa jadi pemerintah menetapkan 1 Ramadan tanggal 29 Juni."

"Kalau nanti tanggal 27 Juni bulan tak terlihat dengan kasat mata atau mata telanjang bulan pasti tak terlihat. Itu berarti melalui metode rukyat, 1 Ramadan oleh pemerintah jatuh tanggal 29. Berarti tarawihnya tanggal 28 malam. Bukan malam 28," papar Agus.

Menghitung Bukan Melihat

Seperti biasa, metode penghitungan Muhammadiyah dilakukan dengan hisab. Bulan baru ditetapkan bukan berdasarkan kemunculan wujudnya yang bisa dilihat mata telanjang.

Agus mengatakan, waktu zaman Rasulullah SAW belum ada teropong. Sehingga tak ada pilihan, bulan harus dilihat dengan mata telanjang.

"Tapi sekarang kan kalau dilihat dari teknologi infra merah, sudah bisa terlihat. Beberapa kyai dan ulama berpendapat, yang mau dilihat bukan wujud hilal, tapi ruyat (kemunculan) hilal. Hilal sudah ada tapi belum terlihat."

"Menghitung dengan melihat bisa berbeda. Mestinya sudah ada bulan, sudah tampak. Tapi kalau mendung terjadi, bisa saja bulan tak terlihat. Menurut hadist, jika kamu tak melihat, maka lengkapi Bulan Syaban menjadi 30," pungkas Agus.

(Nadya Isnaeni Panggabean)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
ramadhan.jpg
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions