Pages

Jumat, 06 Juni 2014

Sindikasi welcomepage.okezone.com
Berita-berita Okezone pada kanal welcomepage 
Let the jobs find you

Instantly post your resume to 75+ job sites. You can save 60 hours off your job search.
From our sponsors
Dua "Malaikat" Ini Menjadi Tulang Punggung Keluarga
Jun 5th 2014, 22:45

Dua Kedua bocah bersama sang ibu, Appung (Foto: Andi I/Koran SI) POLEWALI MANDAR - Demi memenuhi segala kebutuhan hidup, dua bocah di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), rela untuk untuk bekerja.

Kedua bocah yakni Ayu Ramayanti (13) dan adiknya Hafid (10). Keduanya harus berjuang untuk bisa menghidupi keluarganya dengan cara bekerja, meski keduanya masih berstatus sebagai anak sekolah.

Bertempat di Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo, terdapat sebuah pondok yang merupakan rumah kontrakan. Di situlah tempat kedua bocah itu tinggal bersama dengan Ibunya, Appung (37), yang sudah dua tahun menderita lumpuh.

Rumah kontrakan yang didiami Appung bersama dua anaknya disewa dari hasil donasi teman sekelas Ayu Ramayanti.

Ketika berkunjung ke tempat tinggal Appung, kondisinya memang sangat menyedihkan. Selain tempat tinggal yang seadanya, Appung hanya bisa menjalani hidup ini dengan pasrah. Keinginan untuk menafkahi anaknya pun tidak bisa dilakukan karena derita lumpuh yang dialami.

Kini, ke-dua anaknya yang masih pelajar justru menjadi tulang punggung keluarganya. Mereka mengurus kebutuhan ibunya, memandikan, hingga mencari nafkah agar bisa makan setiap hari.

Sang ayah yang diharapkan bisa membantu ibunya dalam proses penyembuhan dari kelumpuhan, menghilang seperti ditelan bumi. Entah ke mana, tidak ada orang yang tau. Ada yang menduga, sang suami tega meninggalkan dua anak dan istrinya yang lumpuh dan tak berdaya karena sudah tak tahan dengan kondisi hidup keluarganya.

Sebagai tulang punggung dalam keluarga saat ini, kedua bocah ini harus rela menghabiskan waktu untuk bekerja dan mengurus ibunya sebelum berangkat ke sekolah.

Selama dua tahun terakhir, Ayu Ramayanti dan Hafid menjalani rutinitas seperti itu. Untuk menyebuhkan penyakit sang ibu, setiap harinya mereka rela untuk mencari nafkah dengan bekerja di salah satu pedagang sate.

Begitupun dengan Hafid, seusai pulang sekolah ia langsung bekerja di tepat pencucian motor dengan upah Rp5.000 setiap hari.

Ditemui di rumah kontraknya, Ayu dan Hafid mengaku, rutinitas yang dilakukan sehari-hari itu sudah menjadi terbiasa. Meski apa yang dihasilkan tidak sebanding dengan pekerjaan dan kebutuhan hidup, namun kedua bocah itu tetap tekun menjalani rutinitas tersebut.

Jika waktu senggang, mereka memijat-mijat kaki sang ibunya dan berharap agar saraf-sarafnya di kaki "pintu surga' itu bisa segera berfungsi dan berjalan normal kembali seperti dua tahun lalu, ketika appung ibunya masih sehat.

"Saya kerap merasa kelelahan dan sudah berkali-kali saya minta berhenti sekolah, tapi tak diizinkan kepala sekolah. Mereka meminta saya tetap ke sekolah walaupun sering bolos karena juga mengurus keperluan ibu saya, belum lagi saya masih harus bekerja berjualan di warung agar bisa menghidupi ibu saya," tutur Ayu Ramayanti sambil menyeskan air mata.

Hingga akhirnya, para guru dan siswa yang bersimpati dengan kehidupan keluarga Ayu dan bergotong-royong menghimpun sumbangan. Alhamdulillah, dana sebesar Rp3 juta terkumpul, separuh dana digunakan untuk biaya kontrakan rumah dan selebihnya untuk biaya hidup keluarga Ayu.

Sementara itu, ibu Ayu setiap hari hanya bisa meneteskan air mata kesedihan ketika rumah kontrakannya dikunjungi warga dan sanak tetangga yang bersilaturahmi ke rumahnya.

Ibu Ayu bersedih karena ia tak bisa berbuat apa-apa. Jangankan membalas pemberian dana uluran tangan warga, mengurus diri sendiri seperti mandi, buang air dan makan mislanya semuanya membutuhkan tangan oang lain.

Appung mengaku, sudah empat kali pindah rumah dan menumpang di rumah warga sejak dua tahun terakhir karena tak punya rumah. Sementara suaminya, Sumarman, menghilang dan meninggalkannya beserta dua anaknya.

Sekadar diketahui, Appun menderita lumpuh setelah menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia pada 2011 silam. Tidak berselang lama setelah pergi, Appung kembali dengan kondisinya yang tak berdaya. (Andi Indra/Koran SI/kem)

Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions