Kepala kudeta Thailand Prayuth Chan Ocha (Foto:Reuters) BANGKOK - Setelah kudeta terjadi di Thailand, Militer Negeri Gajah Putih dihujani kritik. Tak tanggung-tanggung kritikan tersebut datang dari dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).
AS dan UE mendesak agar Thailand segera menggelar pemilu. Hal tersebut diyakini UE dan AS adalah solusi terbaik.
Melihat hal tersebut, Militer Thailand memutuskan angkat bicara. Menurut mereka, AS dan UE harus mengerti apa yang terjadi di Negeri Gajah Putih belakangan ini.
"Bila, kami menggelar Pemilu secara tergesa-gesa maka konflik baru akan tercipta dan negara kembali kepada konflik lama, kekerasan, korupsi dari kelompok berpengaruh, teroris, dan penggunaan senjata perang. Kami tidak akan biarkan itu terjadi," sebut Jenderal Prayuth Chan Ocha, dikutip dari Washington Post Sabtu (28/6/2014).
"Saya sangat berharap UE dan AS apa yang warga Thailand ingini, saya harap mereka puas dengan solusi yang kami putuskan sekarang ini," tambah dia.
Seperti diketahui, krisis yang terjadi di Thailand berimbas pada hubungan Negara ini dengan luar. AS dan UE pun memutuskan untuk menghentikan kerjasama politik dan bantuan.
(ger)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.