Senin (24/3/2014) pukul 22.00 WIB Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengumumkan kabar Malaysia Airlines MH370 berakhir di Samudera Hindia
Liputan6.com, Perth - Raibnya Malaysia Airlines MH370 masih jadi misteri. Namun, sejumlah petunjuk baru terkuak: pesawat yang terbang dengan sistem autopilot sebelum jatuh ke Samudera Hindia, faktor manusia yang menyerahkan kendali pada mesin, 239 penumpang dan awak kapal yang diduga tewas sebelum detik-detik terakhir, juga 4 titik yang diduga jadi tujuan Boeing 777-200 ER itu yakni Port Hedland, Adelaide, Perth, atau Cocos Island.
Penyelidik hilangnya kapal terbang milik maskapai negeri jiran, juga mengungkap kemungkinan rusaknya peralatan kokpit pesawat.
Laporan komperehensif 64 halaman yang dirilis penyelidik kecelakaan udara Australia menguak, MH370 mengalami pemadaman listrik misterius selama tahap awal penerbangannya. Para ahli yakin, itu bisa jadi bagian dari upaya menghindari deteksi radar.
Berdasarkan laporan, unit data satelit pesawat melakukan permintaan 'log-on' yang tak terduga ke satelit, kurang dari 90 menit setelah lepas landas dari Kuala Lumpur, Malaysia ke Beijing, China. Disebutkan bahwa permintaan 'log-on' yang diketahui sebagai 'handshake' atau jabat tangan diduga disebabkan oleh gangguan daya listrik di dalam pesawat.
"Permintaan 'log-on' di tengah penerbangan adalah hal yang tak biasa," demikian diungkap laporan Biro Keselamatan Transportasi Australia atau Australian Transport Safety Bureau seperti Liputan6.com kutip dari Telegraph, Senin (30/6/2014).
David Gleave, ahli keselamatan penerbangan dari Loughborough University menduga, gangguan pada power supply adalah hasil dari tindakan seseorang di kokpit yang berusaha meminimalisasi penggunaan sistem pesawat. Aksi tersebut, dia menambahkan, konsisten dengan usaha mematikan sistem komunikasi pesawat dan pengaturan lainnya dalam upaya menghindari deteksi radar.
"Seseorang bisa jadi 'main-main' di kokpit yang mengakibatkan gangguan data," kata dia. "Ini bisa menjadi tindakan yang disengaja untuk menonaktifkan kedua mesin selama beberapa waktu. Dengan mengotak-atik kokpit, Anda bisa mematikan daya sementara dan menghidupkannya lagi ketika membutuhkan sistem lain untuk menerbangkan pesawat."
Sementara, perusahaan Inmarsat telah mengonfirmasi penilaian tersebut namun mengaku belum tahu mengapa gagal daya terjadi pada MH370.
"Terlihat ada gangguan daya dalam 2 kesempatan," kata Chris McLaughlin dari Inmarsat kepada Telegraph. "Menjadi misteri yang lain. Kami tak bisa menjelaskannya. Kami tak tahu, benar-benar tak tahu."
Kegagalan dalam suplai listrik diduga terjadi saat MH370 terbang di utara Pulau Sumatera, Indonesia. Kala itu, pesawat sudah melenceng dari rute awalnya, namun belum mengarahkan moncongnya ke Samudera Hindia.
Pesawat kembali melakukan permintaan log-on 6 jam kemudian, yang diduga menjadi 'handshake' atau jabat tangan ketujuh yang diyakini disebabkan habisnya bahan bakar dan rusaknya aliran listrik, sebelum jatuh di suatu titik di Samudera Hindia. Lima 'handshake' lainnya yang ditangkap satelit berbasis tanah tidak dianggap luar biasa.
Ketika ditanya apakah gangguan listrik bisa disebabkan oleh kesalahan mekanis, Gleave menjawab, bisa jadi. "Ada kegagalan mekanik kredibel yang bisa menyebabkannya. Tapi (normalnya) Anda tak lantas terbang ratusan mil dan kemudian menghilang di Samudera Hindia."
Ahli penerbangan yang lain, Peter Marosszeky dari University of New South Wales setuju dengan pendapat ahli sebelumnya, bahwa gangguan daya bisa disebabkan seseorang dalam penerbangan. Dia mengatakan, gangguan tersebut tidak akan menyebabkan kegagalan daya keseluruhan, namun diduga menjadi upaya 'sadar' untuk menghilangkan daya dari sistem tertentu di pesawat yang dipilih oknum tersebut.
"Mematikan sistem tertentu dalam pesawat adalah upaya yang disengaja," kata dia. "Pesawat punya sistem backup. Setiap bentuk gangguan listrik selalu didukung oleh sistem lain.
Marosszeky menambahkan, "Orang itu tahu persis apa yang dilakukannya. Itu mungkin tindakan yang disengaja untuk membajak atau menyabotase pesawat."
Sementara, tim penyelidik internasional di Malaysia, yang menyelidiki sebab musabab celakanya MH370, belum merilis temuan mereka. Namun mengindikasikan bahwa mereka yakin pesawat sengaja diterbangkan melenceng dari jalurnya.
Sejak dinyatakan hilang pada 8 Maret 2014, Boeing 777-200ER itu belum ditemukan keberadaannya. Upaya pencarian besar-besaran belum membuahkan hasil.
Laporan dari Australia menambahkan, MH370 tampaknya telah terbang dengan autopilot melintasi Samudera Hindia. Juga para awak dan penumpang diduga tak sadarkan diri atau bahkan tewas, akibat kekurangan oksigen selama penerbangan ke selatan.
Tim merekomendasikan pencarian di bawah air di daerah sekitar 1.100 mil sebelah barat Australia, di sekitar lokasi di mana "jabat tangan" ketujuh antara pesawat dan satelit diyakini telah terjadi.
Pencarian bawah air baru akan dimulai pada bulan Agustus, dan mencakup area sekitar 23.000 mil persegi. Diperkirakan akan makan waktu hingga setahun. (Tnt)
(Elin Yunita Kristanti)