JAKARTA - Perwakilan puluhan orang tua siswa Jakarta International School (JIS), Lestari, mengungkapkan rasa empatinya pada keluarga korban pelecehan di sekolah anaknya.
"Pada dasarnya kami terkejut dan berempati atas kasus pelecehan seksual. Sebagai tanggapan ini, dan pemberitaan, kami mendukung dalam melakukan perlindungan anak di Indonesia," ujar Lestari saat menyambangi Komisioner Komisi Perlindungan Anak (KPAI) di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (28/4/2014).
Selain itu, ia juga meminta pada petinggi KPAI agar lebih sensitif dalam menanggapi kasus yang dinilainya terlalu menyudutkan JIS. "Akan tetapi, kami juga merasa, selain advokasi, kasus pelecehan seksual traumatis, maka setidaknya menjaga rahasia secara detail. Kami meminta KPAI lebih sensitif terkait hal yang disampaikan. Ini hal mengerikan. Sekolah efektif mengkomunikasikan untuk menanggulangi masalah ini," terangnya.
Namun, apa yang disampaikannya itu dibantah dengan tegas oleh Sekretaris KPAI Erlinda. Menurutnya, para orang tua itu justru mengintervensi jajarannya agar tidak terus memberikan statement negatif pada JIS.
"Kami tidak mengapresiasi apa yang dikatakan mereka. Mereka meminta perlindungan anak mereka ya bersekolah di JIS. Kurang lebih, mereka meminta agar KPAI tidak bicara banyak soal JIS," ungkapnya.
Para orang tua JIS itu, sambungnya, tidak memberikan kontribusi positif. "Dan mengatakan bahwa sekolah JIS aman bagi anak-anak mereka," bebernya.
Mereka, para orang tua, kata Erlinda, sangat terganggu dengan pemberitaan media dan statement yang dikeluarkannya yang dinilai memojokkan JIS.
"Mereka bilang, anak mereka depresi. Mereka meminta KPAI tidak mengeluarkan statement yang menyinggung JIS. Meminta KPAI netral dan JIS sekolah aman bagi anak. Ada korban lebih dari lima dan korban lebih dari dua, mereka tidak bisa menjawab," ujar Erlinda.
Rapat tertutup yang dilakukan pihaknya beserta orang tua, justru membuat Erlinda merasa sedih karena mereka tidak memiliki rasa empati sedikit pun pada keluarga korban.
"Mulai hari ini, saya sedih, saya tidak habis pikir ada orang yang tak punya hati, apakah mereka empati pada korban? Tidak terlihat dan tidak ada satu kata pun yang keluar dari mereka bahwa mereka berempati pada korban. Saya tidak tahu kenapa mereka (bilang empati) tadi. Yang jelas, saat pertemuan itu tidak ada," ungkapnya dengan menahan tangis.
"Mereka mengatasnamakan ortu murid, tidak ada unsur guru, dan tidak ada unsur korban. Orang tua yang anaknya sekolah TK pun bilang semua aman," tandasnya.
(ful)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.