Liputan6.com, Jakarta - Dimas Dikita Handoko menyibak kembali wajah suram institusi pendidikan di Tanah Air. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta itu diduga meninggal di tangan para seniornya.
Semasa hidupnya, mendiang Dimas dikenal sebagai pecinta alam dan anak band. Namun di usianya yang baru menginjak 19 tahun, dia menghembuskan napas terakhirnya. Tak ada yang menyangka.
"Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahi dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya," tulis Dimas dalam akun Twitter-nya, @dimasdikita, 15 Maret 2014.
Beberapa kali dalam situs jejaring sosial itu, Dimas sempat bercanda soal kematian. Salah satunya berawal saat dia tengah berkicau soal panasnya cuaca yang kemudian dikomentari oleh salah satu temannya pada 12 April 2014 lalu, 2 pekan sebelum kepergiannya.
@dimasdikita: "Cuacanya panas, jangan di panas2in, meledak nanti."
Kicauan Dimas pun mendapatkan balasan, "@dimasdikita disini ujan maas,kayak hati aku haha."
@dimasdikita: "@bellaayunisya hehehe emangnya hatinya kenapa? Kok bisa hujan."
@bellaayunisya: "@dimasdikita tanyak sama Allah mas,hanya dia dan aku yang tau,kau kapan pulang?cusss balek la."
Dimas pun membalas lagi, "@bellaayunisya kalau ku tanya sama tuhan berarti aku harus mati dulu lah -_-" Seminggu sebelum lebaran baru cuti lagi wak."
Kicauan soal cuaca panas itu tak cuma dikomentari oleh 1 orang. Masih ada lagi yang mengomentarinya dan mendapatkan balasan dari Dimas. Dan lagi-lagi, Dimas membalasnya dengan kicauan soal mati.
"disini hujan "@dimasdikita: Cuacanya panas, jangan di panas2in, meledak nanti"," tulis @lailiharahap.
Dimas pun membalas, "@lailiharahap kirim dulu hujannya, biar tidur aku." Yang kemudian mendapatkan balasan kembali "@dimasdikita sekalian mati di air" gitu biar keren."
Dimas pun menutup perbincangan soal cuaca panas itu dengan, "@lailiharahap kau kira ikan mati di air2."
"Ku nikmati mentari yang mulai menepi, dan perlahan menghilang, dan senja jingga dekapku damaikan hati, buat ku melayang. Setiap pertemuan pasti ada perpishan. Ya namanya juga hidup."
Dimas meninggal pada Jumat 25 April 2014 malam setelah dianiaya. Kini jenazah Dimas telah dimakamkan keluarganya di Medan, Sumatera Utara. Hingga kini proses pemeriksaan dan pendalaman motif tengah dilakukan penyidik Reskrim Polres Jakarta Utara.
Para pelaku yakni, ANG, FACH, AD, Satria, Widi, Dewa, dan Arif, ANG, FACH, dan AD. Mereka diduga memukul Dimas hingga tewas. Akibat perbuatannya, para pelaku dijerat Pasal 353 KUHP dan Pasal 351 ayat 2 KUHP tentang Penganiayaan yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia, dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun penjara. (Mvi)
(Nadya Isnaeni Panggabean)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.