BERBICARA tentang seni, tidak akan ada habisnya, dan seni selalu punya banyak hal untuk dibahas. Selain itu, seni merupakan gambaran keindahan dan di balik keindahan itu, tentu terdapat sebuah proses yang mengakibatkan seni itu menjadi indah dan menjadi suatu karya yang sangat berharga. Hal tersebut juga berlaku pada seni kuliner.
Seni kuliner sangat menjunjung tinggi suatu proses (didukung dengan hygiene dan melihat dari sisi kesehatan juga tentunya). Dimulai dari proses memasaknya, hingga sisi penyajiannya. Semua pasti membutuhkan proses.
Dalam penyajian, kuliner menyajikan suatu hidangan dalam beberapa section (disesuaikan dengan kebiasaan umum di Indonesia). Dimulai dari hidangan pembuka (appetizer), hidangan utama (main course), hingga hidangan penutup (dessert).
Dalam hal ini, kita akan membahas tentang appetizer. Appetizer berasal dari bahasa Prancis, hors d'oeuvre yang dalam bahasa Inggris berarti apart from the (main) work atau hidangan pertama yang disajikan sebelum hidangan utama dalam jamuan makan.
Appetizer bisa dihidangkan sebagai bagian dari menu atau dihidangkan terpisah dari menu. Jika terpisah dari menu, biasanya akan dihidangkan dalam bentuk dan porsi yang kecil. Contohnya seperti bruschetta dan canapes.
Appetizer yang menjadi bagian dari menu, biasanya sudah ditentukan sesuai acaranya atau sesuai dengan permintaan. Appetizer dalam menu, biasanya (yang umum) adalah sup dan salad. Untuk jenis sup dan salad pun disesuaikan dengan bahan-bahan yang ada karena tidak setiap negara sama.
Contohnya di benua Eropa yang memiliki empat musim akan menggunakan bahan yang ada selama musim tersebut. Pada musim dingin, biasanya memakai bahan seperti pumpkin. Penggunaan pumpkin sebagai bahan sup pada musim dingin bukan tanpa alasan, yakni untuk menghangatkan tubuh. Itu karena sup disajikan selagi hangat. Pumpkin juga rendah lemak dan kaya serat, serta mengandung karotin dan vitamin C yang membantu antioksidan pada tubuh.
Berbeda hal dengan Indonesia yang beriklim tropis, hampir semua bahan bisa digunakan, hanya tinggal disesuaikan dengan menu (main course) atau disesuaikan dengan tema acara atau bisa juga sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk appetizer khas Indonesia, contohnya gado-gado dan urap. Bisa juga diganti dengan sate ayam (disarankan ayam kampung) atau sate ikan.
Jika yang hangat, maka bisa disajikan sayur asem atau bisa juga soto ayam (dalam porsi appetizer). Untuk menu appetizer, dapat kita telusuri sendiri melihat kuliner bangsa kita begitu kaya.
Lalu, di mana letak seni pada appetizer? Banyak yang melihat seni pada appetizer hanya terlihat jika appitizer itu sudah disajikan di atas piring. Padahal, banyak seni yang tidak terlihat dalam proses pembuatan appetizer.
Seperti yang telah saya sebutkan di atas bahwa seni merupakan suatu proses, begitu juga pada appetizer. Dalam memasak appetizer juga dibutuhkan suatu seni. Seni itu ditunjukkan dari proses menentukan masakan apa yang harus dimasak, lalu memilih bahan yang berkualitas untuk dimasak, diikuti dengan penggunaan bumbu yang terjamin (secara kualitas dan kesehatan).
Lalu memikirkan proses dalam memasaknya (harus dimasak dengan metode apa dan berapa lama waktu yang dibutuhkan), hingga penataan masakan jadi di atas piring dengan memikirkan komposisi warna dan tata letak agar terlihat indah dan menarik untuk dilihat dan dinikmati. Mulai dari appetizer juga, kita secara tidak langsung belajar seni dalam makan.
Karena berawal dari appetizer, kita akan mengetahui seberapa banyak porsi makan karena kita berpikir masih akan ada course lain yang belum kita santap. Dengan begitu, kita akan mengukur banyaknya porsi yang akan kita santap agar tidak cepat kenyang untuk menikmati hidangan selanjutnya.
Keindahan seni kuliner bukan hanya terletak pada keindahan komposisi saat penyajian, juga keseluruhan proses untuk menghasilkan suatu hidangan cantik di depan para tamu. Seni itu penuh dengan detail dan begitu pula dengan kuliner yang penuh detail. Itu karena kuliner sudah menyangkut dengan kehidupan manusia, maka detail tersebut sangat diperhatikan agar yang memasak dapat menghasilkan makanan yang indah dan menyehatkan.
Adapun bagi orang yang menyantapnya dapat merasakan keindahan dan kesehatan akan makanan yang disantap, serta dengan mengetahui seni dari menyantap appetizer. Kita akan berpikir lagi untuk makan banyak pada hidangan pembuka mengingat masih ada main course yang harus disantap.
Sylvania Oktyvani Usdoko
Culinary Arts Academy Switzerland
Email: agnessylvania@gmail.com
Twitter: @agnessylvn Alumni DCT (ftr)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.