Ilustrasi. (Foto: Reuters) SYDNEY - Euro berada 0,1 persen dari level terlemah tiga bulanan. Indeks yang mengukur volatilitas mata uang kemarin menguat ke dua minggu tertinggi, karena para pedagang berspekulasi tentang kebijakan yang akan diambil Bank Sentral Eropa.
Euro jatuh terhadap dolar kemarin, karena Presiden ECB Mario Draghi dan rekan-rekannya telah mengisyaratkan semua opsi untuk didiskusikan. Dolar Amerika Serikat (AS) telah menguat terhadap 15 dari 16 mata uang utama. Sebuah laporan menunjukkan AS menambahkan lebih dari 200.000 pekerjaan pada Mei.
"Konsensus pasar melihat setidaknya ada penurunan suku bunga, tapi apa yang dilakukan ECB adalah pertanyaannya. Apa pun itu, saya ragu mereka akan berhenti di situ. Kecenderungan untuk melemahnya euro akan terus berlanjut," kata wakil presiden Sumitomo Mitsui Trust Bank Ltd, Yasuhiro Kaizaki, seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (5/6/2014).
Euro ditutup di USD1,3601 per euro, sementara euro terhadap yen Jepang sedikit berubah pada 139,68 per yen Jepang dari 139,72 per yen Jepang. Sedangkan dolar AS dibeli di 102,70 per USD dari 102,75 per USD pada Mei.
Indeks JPMorgan Chase & Co's global FX Volatilitas naik untuk hari ketiga kemarin dan mencapai 6,49 persen, tertinggi sejak 21 Mei. Volatilitas nilai tukar euro-dolar AS melonjak ke 19,7 persen, tertinggi dalam lebih dari satu tahun, dari 4,3 persen pada akhir pekan lalu.
Volatilitas tersebut digunakan oleh para pedagang sebagai masukan untuk mengatur opsi harga, dan harapan sinyal untuk laju perubahan mata uang, berada di 7,02 persen pada kontrak satu bulan dari 5,8 persen pada 30 Mei.
Dolar menguat terhadap yen Jepang, setelah Institute for Supply Management melaporkan indeks non-manufaktur naik menjadi 56,3 pada Mei dari 55,2 bulan sebelumnya. (mrt)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.