Liputan6.com, Bantul - Anda bisa jadi terperanjat saat mendengar ratusan `bajingan` menggelar konvoi di jalanan. Tapi tak perlu berpikir negatif. Sebab, sebutan itu hanyalah istilah untuk para sais atau pengemudi gerobak sapi yang menjadi kendaraan tradisional khas Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (9/6/2014), entah bagaimana awal mulanya para sais gerobak sapi itu mendapat julukan bajingan. Sebuah istilah yang selalu berkonotasi negatif.
Namun bagi para sais atau pengemudi gerobak sapi itu, istilah berkonotasi negatif tersebut tak pernah berusaha diganti. Yang justru membuat risau mereka adalah kenyataan bahwa moda transportasi tradisional itu semakin kehilangan eksistensinya di tengah masyarakat.
Karena itulah para sais gerobak tersebut terus berusaha mengenalkan kembali moda transportasi tradisional itu. Kali ini mereka menggelar pawai dari halaman Stadion Sultan Agung Bantul dan menyusuri jalanan di sekitarnya.
Seiring perkembangan zaman, gerobak sapi semakin terpinggirkan oleh sarana transportasi modern. Namun bagi masyarakat, kehadiran kembali gerobak sapi itu seakan memutar kembali memori masa lalu.
Selain sebagai ajang budaya, festival gerobak sapi itu sekaligus sebagai ajang transaksi jual beli gerobak dan sapi-sapi yang berukuran jumbo. Sapi jumbo tersebut dijual dengan kisaran harga termurah Rp 50 juta. (Ans)
(Nafiysul Qodar )
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.