Ilustrasi jalur mudik yang digunakan para pemudik. (Sindophoto)
Kementerian Perhubungan telah melakukan sejumlah upaya untuk mengantisipasi puncak arus mudik Lebaran. Puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada H-2 dan H-3 Lebaran.
"Yang pertama (melakukan) pewartaan. Kami wartakan dari begitu banyak media, sosial media, radio dan sebagainya agar pemudik yang menggunakan jalan tahu persis kondisi jalan yang akan dihadapi," ujar Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Bambang Susantono di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Jakarta, Senin 21 Juli kemarin sore.
Sehingga pemudik memiliki pilihan untuk menentukan jalur mudik yang akan dilewatinya, dan memperkirakan kemacetan yang akan mereka hadapi. "Jadi kita lihat itu sebagai salah satu petunjuk atau opsi mereka untuk melakukan perjalanan," katanya.
Selain itu, untuk mengantisipasi beberapa titik yang menjadi langganan pasar tumpah, seperti Simpang Jaumin-Cikopo, Simpang Kanji-Pejagan, pihaknya juga telah melakukan rekayasa lalu lintas.
"Kami monitor terus disitu, teman-teman dari kepolisian dan dinas perhubungan standby, dan melakukan pagar betis di situ," katanya.
Mengenai alternatif untuk melakukan buka-tutup jalan, kemungkinan akan dilakukan. Terlebih, amblasnya jembatan Comal di Jalur Pantura Jawa Tengah mengubah skenario lalu lintas mudik.
"Karena biasanya 15.000 survei kita ke rumah tangga tetap jalur utara yang diminati. Utara banding selatan, itu utara 2/3 selatan 1/3. Comal seperti ini. Dua hari yang lalu, kita monitor di lapangan, kebanyakan sudah melalui jalur selatan. Sehingga sekarang selatan macet. Biasanya selatan macetnya mendekati Lebaran, tapi sekarang sudah mulai macet," pungkas Bambang. (hyk)