Ilustrasi minyak mentah. (Foto: Reuters) MELBOURNE - Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati harga terendah dalam dua minggu, sebelum data pemerintah Amerika Serikat (AS), yang mungkin menandakan adanya peningkatan konsumsi bahan bakar di AS, pengguna minyak terbesar di dunia.
Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan futures sedikit berubah di New York setelah turun 0,7 persen kemarin di tengah spekulasi bahwa penutupan kilang Kansas akan mengurangi permintaan minyak mentah.
Di sisi lain, Uni Eropa dan AS menjatuhkan sanksi lebih lanjut untuk Rusia, eksportir energi terbesar di dunia, agar Presiden Rusia Vladimir Putin mundur dari campur tangan di Ukraina.
"Angka-angka EIA akan diawasi ketat. Investor juga akan mengamati situasi Rusia yang berdampak pada logistik fisik pasar minyak, yang mungkin hanya terjadi jika sanksi semakin membesar," ujar analis di Fat Prophets, David Lennox, seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (30/7/2014).
WTI untuk pengiriman September naik 12 sen dan berada di USD101,09 per barel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Volume minyak berjangka yang diperdagangkan mencapai 16 persen di atas rata-rata 100 hari perdagangan.
Sedangkan Brent untuk pengiriman September, turun 37 sen atau 0,3 persen, ke USD107,35 per barel di London berbasis ICE Futures Europe exchange. Minyak mentah patokan Eropa diperdagangkan dengan premi sebesar USD6,37 per barel.
Data EIA menunjukkan, stok bensin AS naik ke level tertinggi empat bulan dari 217.900.000 barel, memperkuat spekulasi penurunan permintaan. Persediaan bahan bakar motor diperkirakan akan tumbuh sebesar 1 juta barel dalam tujuh hari yang berakhir 25 Juli. Persediaan minyak mentah kemungkinan menyusut 1,25 juta barel menjadi 369.800.000. (mrt)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.