Tim Mapala UMY meraih penghargaan MURI dengan kategori "Mengenakan Batik di Puncak Gunung Tertinggi" setelah menaklukkan Mount Elbrus di Rusia. JAKARTA - Banyak orang dan tim pendaki gunung berhasilkan menaklukkan gunung tinggi seperti Mount Elbrus. Tetapi, tidak banyak orang yang mencapai puncak gunung setinggi 5.642 Mdpl diatas permukaan laut, sekaligus sukses mengkaji kehidupan Muslim di daerah Terskol yang terletak di kaki Gunung Elbrus, Rusia dan mendokumentasikannya di dalam buku dan film dokumenter yang berjudul "Cabardino-Balkaria".
Prestasi ini diraih tim mahasiswa pecinta alam (Mapala) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Tidak hanya membuktikan mampu menaklukkan gunung dengan medan cukup berat, mereka juga meraih Penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori "Mengenakan Batik di Puncak Gunung Tertinggi".
Menurut Senior Manager MURI Paulus Pangka, penghargaan tersebut diberikan karena tim Mapala UMY berhasil memperkenalkan batik di dunia internasional, khususnya dengan memperkenalkan kemeja batik asli Yogyakarta kepada penduduk Muslim Rusia. Mereka juga mengenakan batik saat pendakian dan membawanya ke puncak Elbrus.
"Kami menilai, Mapala UMY bisa mendapatkan MURI berkat usahanya dalam kontribusi mempertahankan dan memperkenalkan batik kepada dunia internasional. Walaupun batik sudah diakui oleh UNESCO, belum pernah ada yang memperkenalkan batik kepada masyarakat Rusia dan membawanya hingga ke puncak Elbrus. Dan ini pertama kali dilakukan oleh Mapala UMY," urai Paulus, seperti dinukil dari laman UMY, Selasa (1/7/2014).
Manajer Tim Ekspedisi Gunung Elbrus, Soewarjono Lempo, memaparkan, batik adalah identitas Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya. Inilah yang menjadikan mereka mengusung batik sebagai salah satu misi pendakian.
"Pada saat pendakian kami siasati memakai batik di bagian luar karena di sana cuaca minus hingga 43 derajat celcius, sangat dingin sekali. Misi mengantarkan batik ke puncak Eropa adalah upaya melestarikan batik di dunia internasional," tutur Suwarjono.
Sebagai satu-satunya wanita dalam tim Elbrus, Saigunsi Bonita Arini mengaku sangat terharu ketika lolos sebagai peserta ekspedisi tersebut. Mahasiswi Hubungan Internasional (HI) ini mendapatkan pengalaman luar biasa saat pendakian. Apalagi ini adalah pendakian gunung pertamanya.
"Saya tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi dalam hidup saya, walaupun saya sempat demam dan jari-jari saya sempat mengalami kebekuan saat pendakian, tapi saya cukup bersyukur bisa menyelesaikan misi ini," imbuh mahasiswi angkatan 2013 tersebut.
Sementara itu, di luar rasa bangga, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Yogyakarta Gusti Prabukusumo mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tim. Pasalnya, ketika menuju puncak Elbrus, para pendaki harus menghadapi kondisi cuaca ekstrim dengan kadar oksigen sangat tipis. Sang pembina khawatir apakah timnya akan mampu mencapai puncak.
"Maka dari itu mereka harus pelan-pelan saat mendaki, harus tetap tenang agar bisa tetap sehat dan bisa sampai ke puncak," kata Gusti. (rfa)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.