Liputan6.com, Los Angeles - Meski lirih, kalimat itu terdengar jelas di telinga Apryl Brown yang sedang sekarat, antara hidup dan mati: "Dia tak akan bertahan. Kita beri waktu 24 jam". Dokter yang berucap.
Anehnya justru perasaan lega yang mengalir di relung hatinya. "Aku sama sekali tak berpikir bakal meninggalkan anak-anak, ibuku," kata Brown seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Kamis (3/7/2014). Ia mengaku, kala itu dirinya sama sekali tak keberatan mati. "Setidaknya aku tak lagi merasakan sakit."
Rasa sakit tak terperi dan semua penderitaan Brown berasal dari sumber yang tak terduga: silicone filler. Bahan itu disuntikkan ke bokongnya, agar lebih besar, seksi, dan menarik.
Ia tak pernah membayangkan, niatnya mempercantik diri membuatnya terbaring sekarat di ranjang rumah sakit Juni 2010 lalu.
Tubuhnya mengalami infeksi staph (Staphylococcus aureus), yang menurut dokter terkait dengan injeksi silikon yang dilakukan pada tubuhnya. Tangan dan kakinya tak bisa digerakkan dan menghitam, terlihat tanda-tanda nekrosis. Kulit mengelupas, bernanah. Brown masih ingat bagaimana perasaannya saat melihat tangannya yang terkulai. "Oh Tuhan, aku akan kehilangan tangan-tanganku. Lalu, aku melihat kakiku yang juga mati."
Dokter saat itu tak punya pilihan selain mengamputasi 2 tangan, 2 kaki, dan daging di sekitar pantat dan pinggul. Dalam 27 operasi, nyawanya pun selamat.
Kini Brown sudah menerima takdirnya, namun ia masih merasa malu bicara tentang kesombongan yang hampir merenggut segalanya dalam hidup.
Baca selanjutnya... Gara-gara ingin sempurna
(Elin Yunita Kristanti)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.