Pages

Jumat, 09 Agustus 2013

Sindikasi welcomepage.okezone.com
Berita-berita Okezone pada kanal welcomepage // via fulltextrssfeed.com 
Harga Jual Batik Pohon Sampai Rp3,5 Juta
Aug 8th 2013, 21:27

INSPIRASI USAHA

Jum'at, 09 Agustus 2013 04:27 wib

Dani Jumadil Akhir - Okezone

Ilustrasi. (Foto: Okezone)Ilustrasi. (Foto: Okezone)

JAKARTA – Pasangan suami istri ini mematok harga untuk pakaian batik pohon jadi paling murah Rp300-Rp450 ribu. Dan untuk satu bahan batik pohon dibanderol Rp1-Rp3,5 juta.

Namun, Suroso mengakui, harga batik pohon ini memang agak mahal dibandingkan batik pada umumnya karena proses pengerjaannya yang cukup rumit dan membutuhkan waktu yang lama.

"Kalau paling murah, biasanya batik cap dalam kondisi jadi saya bisa lepas Rp300-Rp450, tapi kalau misalnya bahan sutera range-nya Rp1 juta-Rp3,5 juta dengan bahan saja," jelas Suroso kepada Okezone belum lama ini.

"Kebanyakan pembeli membeli bahan, karena bahan ini kan bisa untuk cocok ukurannya. Jadi sesuai untuk ukuran dalam menjahit. Yang menentukan harga itu memang kerewutannya, cuma kalau warna alam faktor pencelupannya," tambahnya.

Menurutnya, jika satuan difokuskan nyelupnya dibarengkan, jika 20 potong sebulan dengan empat orang yang ngebatik, satu orang mewarnai. Bisa menghasilkan 20 potong dalam satu bulan Karena memang nyelupnya agak lama. karena pencelupannya memang 30-40 kali ini membuat harga lebih tinggi.
 
"Kita rebus bahannya ini kaya rebus bahan jamu. Bahannya direbus, kemudian bahan di celup jemur celup jemur, ini yang lama jadi sedikit lebih mahal dibandingkan batik lainnya," ungkapnya.

Karena harga yang cukup mahal, pasar batik pohon ini menurut Suroso masih sangat kecil.

"Kita jualnya masih banyak ke collector, ada juga yang belum tahu saya kasih tahu mereka tertarik, memang yang paling banyak collector pencinta batik sementara masih itu. Pasar yang masal masih agak susah karena pencelupannya itu membuat harga mahal," sebutnya.

Walaupun pasar batik pohon belum berkembang, Suroso mengatakan sejak mulai produksi 2009, diakuinya terjadi peningkatan ada hal ini dikarenakan pengunjung website batik pohon sudah mulai banyak.

"Visitornya cukup banyak. Di pameran juga orang makin tahu, tapi dibalik itu antara bangga dan sedih. Bangganya ini pasti mahal, sedihnya karena ini dianggap mahal ya enggak beli. Di pameran kali ini saya enggak pernah targetkan omzet karena situasinya susah ditebak, sekarang bulan puasa Lebaran masih jauh, orang yang datang paling Sabtu Minggu. Tidak terlalu besar kok. Bisa rata-rata Rp20-Rp30 juta itu sudah bagus," ucap Suroso.

Kendati fluktuatif dalam hal omzet, pasangan suami istri ini tetap optimis batik pohon akan mendapat tempat di hati masyarakat.

"Memang fluktuatif susah ditebak, kadang kosong sekali, kadang laku sekali bisa sampai Rp20 juta dalam satu bulan. Yang pasti naik turun. Ini yang pasti kita masih berjuang berat. Kalau dibilang berat ya berat, tapi saya jalankan saja sama istri," katanya.
 
"Ke depannya saya optimistis. Karena kalau ngomongin budaya heritage ya seharusnya dikembalikan dari awal. Kearifan lokalnya ya dari alam, penggunaannya bahan lokal dan bebas limbah, saya optimistis. Prilaku konsumen saat ini juga lebih suka produk ramah lingkungan," tambah dia.

Dia mengungkapkan, saat ini dia tengah berencana untuk membuat produk batik pohon, agar bisa digunakan oleh masyarakat luas. "Masyarakat bisa membeli batik warna alam dengan harga terjangkau dan makin banyak diapresiasi," tandasnya. ()

Berita Selengkapnya Klik di Sini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions